Blog yang Batak Bangat! "Historical Culture with big Inspiration and Information"
Kamis, 02 Desember 2010
PENJELASAN POMPARAN SAPALA TUA TAMPUK NABOLON (TAMPUBOLON) TENTANG SIRAJA PARMAHAN SILALAHI
Laporan Utama Majalah DALIHAN NA TOLU
Thn. IV EDISI 43
Terbitan Desember 2010
Raja Silahisabungan
Siraja Bungabunga Silalahi
(Silalahi Raja Parmahan)
“SUATU UPAYA PELURUSAN TAROMBO”
Dalam rangka mendapatkan kebenaran yang sejati atas tarombo Raja Silahisabungan, Siraja Bungabunga Silalahi (Silalahi Raja Parmahan) telah berlangsung pertemuan antara Pomparan Sapala Tua Tampuk Bolon (Tampubolon) dengan Pomparan Silahi Raja (Silalahi)
Pertemuan tersebut dilakukan sabtu 13 November 2010, di Tolping, Kabupaten Samosir. Sekitar seratus orang menghadiri acara tersebut yang berlangsung dengan tertib, penuh kekeluargaan dan dinamis.
Selain Pomparan Silahi Raja yang ada di Tolping, juga hadir dari Balige, Riau, Jakarta dan Bandung. Disamping itu hadir anggi doli Pomparan Siraja Tambun, dan juga dari kalangan pihak boru.
Dari pihak Raja Tampubolon hadir sepuluh orang yang mewakili pomparan Tuan Sihubil, pomparan ni Raja Mata Ni Ari, Pomparan ni Raja Apul, dan Pomparanni Raja Siboro, dalam Rombongan Raja Tampubolon, terlihat hadir Drs Sahala Tampubolon mantan Bupati Toba Samosir pertama.
Kelihatannya acara tersebut sudah merupakan suatu kerinduan selama ini . hal ini ditandai dengan suasana sukacita yang penuh dengan senyum, diantara namar hahamaranggi pomparan Silahi Raja (Silalahi) dengan Raja Tampubolon.
“Horas di Pomparanni Ompunta” ujar rombongan Raja Tampubolon, begitu tiba menginjakkan kaki diarea tempat pertemuan. Bersalam-salaman yang hangat diantara yang hadir, menjadi awal pertemuan tersebut, dengan sambutan Horas yang menggema.
Acara dimulai dengan penyerahan “ Pogu ni sipanganon” dari pihak Silalahi kepada hahadoli Tampubolon. Dilanjutkan dengan makan siang bersama dan pembagian parjambaron sesuai tatanan adat budaya Batak.
Pertemuan tersebut merupakan yang ketiga, diantara keturunan Silahi Raja (Silalahi) meliputi Siraja Tolping, Bursok Raja, dan Siraja Bungabunga. Dan kedatangan Siraja Bungabunga dalam dua pertemuan sebelumnnya, mengandung banyak arti, karena sekaligus melakukan kunjungan Ziarah ke Tambak Raja Silahisabungan.
Dikatakannya, pertemuan ketiga itu menjadi mengandung banyak arti bagi keturunan Silahi Raja (Silalahi), berkat kedatangan haha doli Raja Tampubolon. Pertemuan yang sangat bermakna ini, harus ada tanda dan dimateraikan.
SELALU BERSATU
Setelah itu masing-masing perwakilan dari Siraja Tolping, Bursok Raja dan Siraja Bungabunga memberikan kata sambutan. Mereka semua menyatakan “Nunga jumpa na jinalahan, mulak tondi tu ruma”. Untuk itu berdasarkan pertemuan tersebut, pomparan Raja Silahisabungan supaya selalu bersatu sisada tortor, sisada tahi tu dolok tu toruan dalam setiap kegiatan.
Dari pihak Siraja Tolping menyatakan, pertemuan tersebut menjadi bernilai, karena sebelumnya telah dilakukan Ziarah ke Tambak Silahisabungan . diharapkan agar pertemuan tersebut bukan sampai disitu, harus diteruskan. Sehingga dapat ditemukan tanda atau wujud dari kegalauan hati, tentang pelurusan tarombo Raja Silahisabungan yakni keberadaan Siraja Bungabunga Silalahi.
Pihak Bursok Raja mengatakan sangat terharu dengan perjuangan Pomparan Siraja Bungabunga dalam menyatukan asal usul yang sebenarnya.
Mereka berharap Tuhan mendengar, Sahala ni ompu mendengar, agar tercapai yang di inginkan. Sehingga Tuhan menunjukkan kesatuan diantara pomparan Raja Silahisabungan.
Menurutnya , kehadiran Raja Tampubolon merupakan tanda dari sahala ni ompu, tanda dari Tuhan, sehingga terwujud kelak yang terbaik bagi keturunan Raja Silahisabungan. Sukacita dalam pertemuan itu akan menjadi tonggak kebaikan bagi keturunan Raja Silahisabungan, khususnya Silahi Raja (Silalahi).
Sedangkan dari pihak Siraja Bungabunga dalam sambutannya menyatakan, rasa terima kasih kepada Siraja Tolping dan Bursok Raja yang mempertemukan Silalahi dengan Tampubolon. Selama ini mereka selalu bertanya-tanya kenapa ditugu Paropo tidak ada tercantum Siraja Bungabunga.
Dia berharap agar Tuhan menunjukkan jalan bagi mereka, sehingga apa yang dicari selama ini dapat ditemukan demi lurusnya permasalahan tarombo tersebut.
Mereka dari tiga Ompu sudah sepakat agar haha doli Raja Tampubolon membuka hati dan menjelaskan keberadaan Siraja Bungabunga.
Perwakilan anggi doli Siraja Tambun menyatakan, agar Pomparan Silahi Raja (Silalahi) selalu bersatu. Dia berharap roh nenek moyang (sahala ni ompu) mendengar, sehingga seluruh keturunannya bersatu dimanapun berada.
DONGAN SAPADAN
Dari pihak Raja Tampubolon menyatakan, menyambut baik keinginan Siraja Bungabunga, agar dijelaskan bahwa mereka adalah satu dengan Siraja Tolping dan Bursok Raja. Sehingga jelas kedudukan dari saat ini hingga masa mendatang, jadi kalau ada pergumulan, selalu satu hati dan satu pendapat. “Tampakna do rantosna, rim ni tahi do gogona,” ujarnya mengungkapkan salah satu filosofi orang Batak.
Mereka menyatakan apa yang diungkapkan itu, berdasarkan apa yang mereka dengar dari nenek moyang secara turun-temurun. Biasanya setelah panen, ada kegiatan yang dilakukan nenek moyang masa dulu yakni “Patasimangot” seperti istilah Partangiangan saat ini. Hal tersebut bertujuan agar apa yang dipelihara dapat berkembang dan apa yang dikerjakan dapat berjalan baik.
Selanjutnya pada kesempatan ini seorang tua-tua Tampubolon memaparkan hal-hal sebagai berikut : suatu ketika setelah panen, berencana Sibagot ni Pohan bersama adiknya Sipaet Tua, Raja Silahisabungan dan Raja Oloan . Adiknya yang satu lagi Raja Hutalima tidak ikut serta, karena sudah tidak ketahuan rimbanya.
Sibagot ni Pohan menyuruh adiknya yang tiga orang untuk mencari tiang borotan dan sanggul borotan ke hutan. Sipaet tua berjalan kearah Timur, sedangkan Raja Silahisabungan dan Raja Oloan berjalan kearah Barat.
Setelah ditemukan yang dicari, ditetapkan waktu untuk melaksanakan “Patasimangot”. Anehnya mereka berencana akan tiba ditempat, kalau acara sudah berakhir. Karena sampai hari yang ditetapkan, dimana raja adat dan undangan sudah hadir , ketiga adinya belum tiba. Akhirnya Sibagot ni Pohan menyelenggarakan sendiri acara tersebut.
Setelah acara selesai, ketiga adiknya dating. Mereka rebut dengan argumentasi masing-masing, karena Sibagot ni Pohan menyelenggarakan sendiri acara tersebut. Akhirnya mereka berpisah, dan ketiga adinya meminta harta pembagian. Berangkatlah Sipaet Tua kearah Timur sedangkan Raja Silahisabungan dan Raja Oloan kea rah Barat.
Ketika terjadi kemarau (haleon) di Balige raja, dimana semua tumbuhan mati, maka mereka meminta petunjuk kepada datu panuturi. Dimintakan bahwa Sibagot ni Pohan harus bertemu dengan ketiga adiknya. Hal ini mustahil dapat dilakukan, karena mereka sudah berpisah dengan perbedaan pendapat.
Akhirnya ditemuilah pomparan Silahi Raja (Silalahi) di Samosir untuk dating bersama-sama ke balige. Berangkatlah Siraja Tolping, Bursok Raja dan Siraja Bungabunga dengan menaiki perahu.
Dalam perjalanan ditengah laut Siraja Tolping dan Bursok Raja melompat dari perahu. Sehingga yang tinggal Siraja Bungabunga dan langsung di rangkul. Karena memang dia lebih kecil diantara ketiganya. Dibawalah siampudan ini untuk sebuah bukti. Setelah berada di suatu tempat, langit menghitam, hingga mereka tiba di Sonak Malela Balige.
Begitu banyak orang yang menantikan kedatagannya . diturunkanlah Siraja bungabunga dari perahu yang disambut dengan antusias banyak orang dengan ucapan oras…Horas…Horas….walau mereka sendiri di guyur hujan. Dibawalah Siraja Bungabunga ke kampong(huta) dan diberkati karena dia pembawa berkat. Berhentilah kemarau di Balige Raja.
Sampai tiba waktunya Siraja Bungabunga harus dikembalikan. Tetapi anak Sibagot ni Pohan keberatan. Karena awalnya mereka membawa tiga orang, sedangkan yang tinggal hanya satu orang. Mereka berikir bahwa Siraja Tolping dan Bursok Raja sudah meninggal di tonga tao.
Ketika itu Tuan Sihubil belum memiliki anak, padahal adiknya sudah memiliki cucu. Akhirnya Siraja Bungabunga diserahkan kepadanya untuk dijadikan menjadi anaknya . setelah Siraja Bungabunga diain menjadi anaknya, Tuan Sihubil ternyata menjadi memiliki anak. Diapun berkata “bah, nunga apala “tua” ahu hape tubu ma hape tampukni pusu-pusu urat ni ate-ate”, atas dasar inilah dibuat nama anaknya Apala Tua Tampuk Bolon.
Setelah Siraja Bungabunga dewasa dia dinikahkan ke boru Pasaribu yang merupakan maen Tuan Sihubil. Diapun membuka kampong (manjae) ditanah Silalahi yang ada di Hinalang.
Jadi datanglah Tuan Sihubil, dibawa anaknya Apala Tua Tampuk Bolon dan Siraja Bungabunga, sehingga dibuatkanlah Padan (kesepakatan) Ingkon sisada bulung di anak dohot boru, sisada odung-odung , sisada partinaonan. Imapadantu tu hamu. “Marpadan ma Tampubolon dohot Silalahi,” itulah perjalanan Siraja Bungabunga, hingga dia bisa sampai ke balige.
Maka atas dasar ini, kalau ada Tampubolon yang berpesta selalu diberi jambar kepada dongan sapadan Silalahi dan boru Silalahi. Hal ini tidak pernah tidak dipanggil, dalam setiap pelaksanaan pesta adapt Tampubolon.
HARUS DI JANGKON
Ada sebuah kisah yang terungkap dalam pertemuan tersebut, dulu ompu sumedang menaiki perahu ke Pangururan . Dalam perjalanan mereka berhadapan dengan si tolu butuha (angin kencang, hujan lebat,dan ombak besar) perahu bergoyang-goyang hampir menenggelamkan penumpangnya. Mereka menyatakan, “bah namboru nauli basa, paso hutur-huturmi, mardalan hami saonari,” angin, hujan dan ombak lantas langsung berhenti saat itu.
Titah(tona) nenek moyang Tampubolon kepada pomparannya, bahwa mereka harus mendahulukan boru Silalahi dari pada boru Tampubolon. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sisada boru. Sehingga membuat mengingatkan generasi penerus, agar mereka mengetahui tarombo yang sebenarnya antara Tuan Sihubil dengan Siraja Bungabunga Silalahi. Mereka berikrar akan mengingat padan dan berbuat yang terbaik khususnya sesama keturunan Silahi Raja (Silalahi) kepada Tampubolon.
Hal ini yang membuat Tampubolon ingat terus. Dan selalu lebih dekat kepada boru Silalahi dari pada boru Tampubolon. Karena sampai korban namborunya siboru Deang Namora Nauli Basa.
Diingatkan bahwa padan Tampubolon tidak hanya kepada Siraja Bungabunga, tetapi kepada seluruh marga Silalahi, karena padan ni anggina, nadohot do i padan ni hahana.
Pada akhir acara Marudin Silalahi menyampaikan, bahwa pengrusakan tarombo ini semakin nyata sejak terjadi tahun 1968. sekarang pomparan Siraja Bungabunga sudah kembali bertemu, maka Siraja Tolping dan Bursok Raja harus manjangkon(menerima). “jangan hanya bernyanyi Saimulak Sai mulak…tetapi tidak diterima,” Ujarnya.
Dikatakannya selama ini Siraja Bungabunga sudah pulang, tetapi selalu di halau ditengah jalan (terkesan dihilangkan) akhirnya harus dicari.
Dia juga terlihat semangat berbicara, seperti memiliki energi setelah menerima penjelasan dari Raja Tampubolon. Padahal usianya sudah mencapai 70 tahun. Hal ini timbul, karena dia melihat tidak ada perbedaan pendapat diantara mereka pomparan Silahi Raja (Silalahi) “diboto hamu do umbahen na semangat ahu, ai hamu do ahu, ahu do hamu,” katanya sambil bercanda.
Acarapun berakhir setelah ditutup dengan doa oleh haha doli Tampubolon.
DNT
Kamis, 25 November 2010
PENJELASAN SIRAJA PARMAHAN SILALAHI TENTANG SIAPA DIRINYA.
Laporan Utama Majalah DALIHAN NA TOLU
EDISI 42
Terbitan November 2010
Raja Silahisabungan
Siraja Bungabunga Silalahi
(Silalahi Raja Parmahan)
“SUATU UPAYA PELURUSAN TAROMBO”
Setiap manusia selalu berusaha menemukan asal usulnya melalui pengurutan silsilah atau tarombo dari nenek moyang. Ada kalanya sisilah tersebut salah dalam pengurutannya ,sehingga perlu diluruskan demi mencari kebenaran sejati.
Hati setiap manusia khususnya etnis Batak yang memiliki marga akan selalu galau, tatkala dia tidak menemukan silsilah yang merupakan garis keturunan yang sebenarnya. Untuk itu diapun rela menelusuri ke Bona Pasogit dengan mencari berbagai sumber dari para orangtua yang sudah berusia lanjut dan dari berbagai pertanda lainnya.
Hal inilah yang terjadi pada keturunan Siraja Bungabunga dalam marga Silalahi. Keturunan ini sebenarnya bukan hilang, tetapi terkesan “dihilangkan” dari silsilah Raja Silahisabungan.
Silahisabungan mempunyai 3 (tiga) istri. Istri pertama bernama Pinta Haomasan boru Baso Nabolon yang mempunyai anak bernama Silahiraja (Silalahi). Silahiraja (Silalahi) menikah dengan boru tulangnya Simbolon dan mempunyai 3 (tiga) anak yaitu Siraja Tolping Silalahi, Sibursok Raja Silalahi Dan Siraja Bungabunga Silalahi.
Istri kedua bernama Pinggan Matio boru Padang Batanghari mempunyai 7(tujuh) anak bernama Sihaloho, Situngkir, Sondiraja, Sidabutar, Sidabariba, Sidebang, dan Pintu Batu.
Istri ketiga bernama Si Miligiling boru Raja Mangarerak mempunyai seorang anak bernama Siraja Tambun.
Pada pertemuan dengan Parningotan Silalahi dan Zubaidah boru Silalahi yang berasal dari Silalahi Dolok, Balige, dijelaskan bahwa ada kekuatan atau upaya untuk merubah silsilah, sehingga Siraja Bungabunga yang dikenal sebagai Silalahi Raja Parmahan menjadi Ruma Bungabunga.
Menurut Parningotan Silalahi dan Zubaidah boru Silalahi, sebutan Raja Parmahan adalah gelar yang diberikan kepada Siraja Bungabunga , karena riwayatnya dimana dia diculik dari parmahanan di Tolping oleh Tuan Sihubil, yang selanjutnya diangkat oleh Tuan Sihubil menjadi anaknya dan di “ikrar” kan (marpadan dengan Sapala Tua Tampuk Nabolon) dimana Raja Bungabunga Silalahi menjadi adik dari Tampubolon. Padan Siraja Bungabunga dengan Tampubolon adalah menjadi padan juga bagi kedua abangnya Siraja Tolping dan Bursok Raja.
Silahisabungan juga mempunyai tujuh keturunan dari istri kedua yaitu Pingganmatio boru Padang batanghari bernama Sihaloho, Situngkir, Sondi Raja, Sidabutar, Sidabariba, Sidebang, dan Pintu batu. Dalam kehidupan keseharian ketujuh marga ini banyak yang mengaku marga Silalahi.
Satu hal yang diungkapkannya, bahwa Tuan Sorbadijulu mempunyai putri Pinta Haomasan (Boru Baso Nabolon) merupakan istri Raja Silahisabungan yang melahirkan Silahiraja . Pinta Haomasan sendiri memiliki 4 (empat) saudara laki-laki yakni Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, dan Munthe Tua. Sehingga Silalahi sudah dijunjung baringin na dalam arti jelas Tulangnya dan asal usulnya.
KEHILANGAN JATIDIRI
Menurut Parningotan Silalahi eksistensi Silalahi adalah sangat jelas. Hal ini terlihat dari pernyataan marga Simbolon yang menyatakan bahwa Silahiraja (Silalahi) adalah boru Sihabolonan bagi mereka.
Demikian juga Siraja Tambun yang adalah anggi doli Silahiraja yang sapanarusan, sehingga dalam keseharian berlaku ungkapan “Haha doli Silalahi, anggi doli Siraja Tambun”
Begitu juga Tampubolon selalu teguh menyatakan bahwa Silalahi adalah “anggi doli” nya yang dinyatakan melalui suatu ikrar (padan). Sehingga sampai saat ini tidak ada (tabu) marga Silalahi yang menikah dengan Tampubolon dan sebaliknya.
Parningotan Silalahi menyatakan dengan tegas bahwa Siraja Bungabunga adalah anak dari Silahiraja (Silalahi). Pernyataan ini sekaligus menekankan bahwa sesungguhnya Siraja Bungabunga di Silalahi Dolok, Balige bukanlah anak Sondi Raja, tetapi anak dari Silahiraja atau Silalahi.
Parningotan Silalahi merasa aneh karena melihat kenyataan, bahwa sebagian keturunan Siraja Bungabunga yang sudah terlanjur percaya kalau mereka adalah anak Sondi Raja yang selanjutnya menyebut dirinya sebagai Ruma Bungabunga.
Setelah ditanyakan apa kira kira penyebabnya yang membuat Siraja Bungabunga yang menjadi kehilangan jati diri bagi keturunannya, Zubaidah boru Silalahi bercerita panjang lebar.
Dikatakan pada awalnya keturunan Siraja Bungabunga tidak setuju kalau mereka keturunan Sondi Raja. Hal ini terkait dengan kondisi masyarakat pada waktu itu. Dimana ada orang yang pintar dan tidak pintar. Orang yang pintar dikatakannya , pandai merekayasa karena saat itu ada yang menjadi politikus.
Tarombo keturunan Siraja Bungabunga di Silalahi Dolok di perkarakan di Pengadilan Negeri Balige, karena ada keturunan yang masuk ke Silalahi Dolok. Maka nenek moyangnya di Lumban Tonga-tonga diberikan satu tempat yang dinamai “Bagas Huta”
Ketika dating ke Silalahi Dolok dan menjadi Pegawai Kantor Pengadilan, keturunan Ompu Runggu tersebut tinggal di Kampung Silalahi Dolok. Pada saat itu hubungan kekeluargaan masih seputar sebutan b erkisar antara abang, anggi atau ompung.
Kepintarannya mampu merekayasa suatu permasalahan kepada abangnya par Silalahi Dolok, melalui mekanisme peradilan yang diperkarakan dipengadilan Negeri Balige sekitar thn 1943. pada saat itu orang yang sudah lanjut usia dan buta huruf dipanggil sebagai saksi di pengadilan . dan pada waktu Hakim menanyakan pada mereka, “Apakah ada anak dari Silahisabungan yang bermarga Sihaloho?” dijawab bahwa benar ada.
Tetapi yang dimaksudkan dalam hal ini, bahwa Sihaloho tidak masuk dalam tarombo Siraja Bungabunga. Setelah perkara itu dibuat oleh Kopral Silalahi, maka semua keturunan Siraja Bungabunga menjadi gelisah . mereka para keturunannya dibuat menjadi seolah-olah dari Sondi Raja.
Namun sejujurnya hati nurani para orangtua dan keturunan Siraja Bungabunga lainnya menjadi gusar dan tidak dapat menerima. Dan hingga saat ini , mereka tetap merasakan sakit hati. Mereka mengaku lemah dan tidak mampu menantang, serta merasa prihatin tidak ada pihak yang membelanya.
Siraja Bungabunga dibuat menjadi keturunan si pitu turpuk yaitu dari Sondi Raja. Sedangkan anak dari Sondi Raja adalah Rumasondi dan Rumasingap. Sehingga dengan demikian mereka membuat Raja Bungabunga menjadi keturunan Ruma Sondi.
“Inilah yang membuat secara turun temurun seolah Siraja Bungabunga anak Sondi raja, padahal sejatinya Siraja Bungabunga adalah anak Silahiraja atau Silalahi. Sehingga perlu diluruskan, supaya generasi mendatang tidak semakin salah dalam permasalahan tarombo atau silsilah ini”. Seru Zubaidah boru Silalahi.
ARGUMENTASI KEYAKINAN
Siraja Bungabunga yang sebenarnya merupakan anak dari Silahiraja atau Silalahi memiliki 2(dua) orang abang yakni Siraja Tolping dan Bursok Raja.
Ketika ditanyakan hal apa yang dapat meyakinkan keturunan Raja Silahisabungan bahwa Siraja Bungabunga merupakan anak Silahi Raja atau Silalahi, Parningotan Silalahi memberikan beberapa argumentasi.
Dikatakannya dirinya marga Silalahi, sedangkan keturunan Sondi raja itu harusnya memakai marga Sondi Raja bukan Silalahi, karena nama ompunglah yang harus menjadi marga keturunannya . “Misalnya Silalahi menjadi marga keturunan Silalahi, bukan Sihaloho menjadi marga Silalahi,” seru Parningotan Silalahi.
Menurut si pitu turpuk, Silalahi Raja bukanlah keturunan Raja Silahisabungan. Pertanyaan, “ Kenapa ada marga Silalahi?” Marga Silalahi adalah marga yang disandang oleh anak Silahisabungan yang bernama Silahiraja dan keturunannya.
Argumentasi berikut dikatakannya apa yang tertera di Tambak Raja Silahisabungan di Dolok Paromasan, Pangururan Kabupaten Samosir, dengan jelas tertera Silahiraja merupakan anak dari Raja Silahisabungan.
Untuk itulah keturunan Siraja Bungabunga mempercayai dan meyakini cerita nenek moyang, karena pada Tambak Raja Silahisabungan tertera bahwa Silahiraja adalah keturunannya dan Silahiraja (Silalahi) mempunyai tiga orang anak yaitu Siraja Tolping, Bursok Raja dan Siraja Bungabunga.
HIMBAUAN
Dengan suara yang sedkit merendah dan penuh haru, Parningotan Silalahi pada kesempatan itu menghimbau , agar keturunan Raja Silahisabungan dapat meluruskan silsilah tersebut dengan menerima berbagai argumentasi yang disampaikannya.
Kami berharap agar keturunan Raja Silahisabungan dimanapun berada dapat menerima kami keturunan Siraja Bungabunga. Bahwa kami adalah keturunan Silahiraja dengan marga Silalahi, dan bukan keturunan Sondi Raja, ujarnya dengan sedikit linangan air mata.
Dia juga menghimbau keturunan Siraja Bungabunga yang ada di Balige dan dimanapun dibelahan bumi ini, agar membuka hati nurani dengan meyakini bahwa mereka adalah keturunan Silahiraja yang memiliki dua abang Siraja Tolping dan Bursok Raja.
Mari saudara-saudaraku, supaya kembali kepada Silsilah yang sebenarnya. Biarlah kita yang selama ini terkesan sebagai anak hilang , sudah kembali ke jati diri dengan silsilah yang sebenarnya. Yakinilah bukti-bukti ini, bahwa Siraja Bungabunga merupakan keturunan Silahiraja bukan Sondi Raja, ajak Parningotan Silalahi kepada seluruh keturunan Siraja Bungabunga.
Berulang-ulang dia mengatakan dengan sikap memohon, agar keturunan ompu-ompu lain dalam marga Silalahi dapat menerima keberadaan mereka. Sembari dia memanjatkan doanya, agar seluruh keturunan Raja Silahisabungan selalu di lindungi dan diberkati Tuhan dengan berbagai limpahan demi kenajuan dalam hidup.
DNT.
Jumat, 15 Oktober 2010
Kumpulan Samosir Jaman Dulu
Tano Ponggol Pangururan
DescriptionBrug over een kanaal bij Pangoeroeran}1900-1926
Hari Ratu
description Koninginnedagviering door kinderen van het zendingsstation te Parmonangan, Samosir, Sumatra.}} |date=1937
Perayaan hari ratu 31 Agustus waktu itu oleh anak2 dari pos zending di Parmonangan, Samosir, Sumatra. 1937
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Rauwe rijst wordt verdeeld door Barbaringins die de gunstigste dag vaststellen voor de sawahbewerking Samosir
Onan di Nainggolan
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Kleine dagelijkse ochtendmarkt op het strand van Nainggolan Samosir Sumatra
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Martulaktulak' een plechtigheid na beëndiging van de sawahbewerking Samosir.
Bahasa Indonesia: Negatif. 'Martulaktulak, suatu upacara wajib setelah penggarapan sawah, Samosir
Mangaliat Horbo
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Groep mannen vecht om een koe TMnr 10004806.jpg
Gondang Mula-mula
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Vrouwen dansen onder begeleiding van een orkest op een dorpsplein.
Membuat hudon
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Klei kneden en vormen van potten Kampong Tinggi (Huta Tinggi) Samosir Pangoeroeran TMnr 10014159.jpg
English: Moulding caly for Pottery making by Batak women from Tinggi near Panguruan, Samosir
1900-1925
Huta Raja Lbn Suhi-suhi
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Toba Batak dorpsgezicht met sarcofaag Hoetaradja.
English: Toba Batak village view with sarcophagus, Hutaraja
Date 1910-1925
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Kepala Negri (dorpshoofd) van Radja in oud-Batakse kleding West-Samosir Noord-Sumatra.
English: A kepala negri (a local headsman) from Samosir, Toba-Batak Sumatra.
Date 1915-1920
Pantai Samosir
Description
COLLECTIE TROPENMUSEUM Soekean man aangehouden door een controleur tot onderzoek op het smokkelen van rijst.
Langganan:
Postingan (Atom)