SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:
1. Guru Tatea Bulan
2. Raja Isombaon
I. GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :
* Putra (sesuai urutan):
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)
*Putri:
1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
3. Si Boru Biding Laut, (ada yang meyakini sebagai Nyi Roro Kidul)
4. Si Boru Nan Tinjo (Penghuni danau Toba menurut turiturian).
Keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula
2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru
Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.
Ad. 1. RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual tetap berpusat pada Raja Uti.
Ad.2. SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).
Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.
Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Raja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.
Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi "istrinya" di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.
Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si Raja Babiat. Di kemudian hari Si Raja Babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.
Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daerah Angkola dan seterusnya ke Barus.
Ad. 2.1. SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:
* Putra:
1.. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
2. Sinaga Raja, keturunannya bermarga Sinaga.
3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
4. Toga Nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.
* Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.
Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Sihombing Simamora.
Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.
1. SITUMORANG, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.
2. SINAGA
Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.
3. PANDIANGAN
Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.
4. NAINGGOLAN
Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.
5. SIMATUPANG
Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.
6. ARITONANG
Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.
7. SIREGAR
Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.
Ad. 2.2. SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.
Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :
1. Datu Dalu (Sahangmaima).
2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.
Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
2. Tinendang, Tangkar.
3. Matondang.
4. Saruksuk.
5. Tarihoran.
6. Parapat.
7. Rangkuti.
Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.
Ad. 3. LIMBONG MULANA
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.
Ad. 4. SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.
Ad. 5. SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Malau
2. Manik
3. Ambarita
4. Gurning
II. RAJA ISUMBAON
Raja Isumbaon menurut yang tercatat mempunyai keturunan 3 orang laki-laki yakni:
1. Tuan Sorimangaraja
2. Siraja Asi-asi (Tunggul niaji)
3. Sangkar Somalidang
Ad. 1. TUAN SORIMANGARAJA
Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
1. Si Boru Anting Malela (Nai Ambaton), putri dari Guru Tatea Bulan.
2. Si Boru Biding Laut (Nai rasaon), juga putri dari Guru Tatea Bulan.
3. Si Boru Sanggul Haomasan (nai suanon). Putri dari Raja Borbor
1.1. Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Dijulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.
2.1. Si Boru Biding Laut melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba DiJae (Raja Mangarerak), gelar Nai Rasaon.
3.1. Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Tuan Sorba Dijulu (Ompu Raja Nabolon)/Nai Ambaton
Putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya membuat perkumpulan keturunan Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.
Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, dan satu Putri yaitu:
Putra
1. Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
2. Tamba Tua, keturunannya bermarga Tamba.
3. Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
4. Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).
Putri
1. Pintahaomasan boru basobolon (kawin dengan Silahi Sabungan Putra Tuan Sorbanibanua)
SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.
TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.
SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.
MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.
Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluh-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antar sesama marga keturunan Nai Ambaton.
Tuan Sorbadijae (Raja Mangarerak)/Nai Rasaon
Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai Kumpulan keturunan Nai Rasaon.
Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra dan satu putri, yaitu :
Putra:
1.Raja Mardopang
2.Raja Mangatur.
Putri:
1. Melengeleng, istri dari Silahi Sabungan.
Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:
Raja Mardopang
Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.
Raja Mangatur
Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.
Tuan sorbadibanua/Nai Suanon
Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Naisuanon.
Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri Sariburaja):
1. Si Bagot Ni Pohan
2. Si Paet Tua.
3. Si Lahi Sabungan,
4. Si Raja Oloan.
5. Si Raja Huta Lima.
Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :
1. Toga Sumba.
2. Toga Sobu.
3. Toga Naipospos
Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan - Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya Borusibasopaet bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.
Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Tampubolon, Barimbing, Silaen.
2. Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.
3. Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.
4. Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.
Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Hutahaean, Hutajulu, Aruan.
2. Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.
3. Pangaribuan, Hutapea.
Keturunan Silahi Sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Silalahi
2. Sihaloho.
3. Situngkir, Sipangkar, Sipayung.
4. Sirumasondi, Rumasingap, Depari,Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap.
5. Sinabutar.
6. Sidabariba, Solia.
7. Sidebang, Boliala.
8. Pintubatu, Sigiro.
9. Tambun, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.
Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.
2. Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.
3. Bangkara.
4. Sinambela, Dairi.
5. Sihite, Sileang.
6. Simanullang.
Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Maha.
2. Sambo.
3. Pardosi, Sembiring Meliala.
Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.
2. Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.
Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sitompul.
2. Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.
Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.
2. Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.
Ad. 2. Siraja Asi-Asi (Tunggul Ni Aji) diperkirakan tdk punya keturunan
Ad. 3. Sangkar somalidang (diperkirakan tdk punya keturunan)
DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).
Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:
"Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan"
artinya:
"Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput;
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji"
Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
1. Marbun dengan Sihotang
2. Panjaitan dengan Manullang
3. Tampubolon dengan Sitompul.
4. Tampubolon dengan Silalahi
5. Nahampun dengan Situmorang.
6. Sitorus dengan Hutajulu - Hutahaean - Aruan.
disadur dari berbagai sumber
Blog yang Batak Bangat! "Historical Culture with big Inspiration and Information"
Rabu, 14 Januari 2009
Kamis, 11 Desember 2008
By; B. Joseph Silalahi
Didalam mengartikan sebuah kalimat atau kata, kita harus tau dari mana asal usul yang empunya nama atau kata, karena pasti didaerah lain akan beda artinya.
Jadi agar jangan menjadi bias dan mencoba mencocok-cocokkan sebuah keinginan alangkah baiknya kita mengerti siapa yg kita bicarakan.
Berbicara mengenai orang batak tentu kita berpatokan kepada bahasa batak, berbicara mengenai nama Pakpak tentu kita berpatokan ke bahasa pakpak dan itulah yang benar.
Jadi jika kita berbicara mengenai nama-nama dan artinya dari keturunan si Raja batak adalah baku degan bahasa Batak. Coba perhatikan nama-nama keturunan si raja batak dan artinya adalah bahasa batak tulen.
Membahas mengenai arti nama dari anak-anak dari keturunan Sorbanibanua yang Batak tulen tentu dgn Bahasa batak tulen.
1. Sibagot ni Pohan =
Arti secara letterlet:
si = kata penunjuk,
bagot = pohon enau / payu dara
ni = kata petunjuk
Pohan = sejenis pohon
Arti tersirat :
Si Jantung hati/anak yang di kasihi/orang yang berprilaku manis budi
Bahasa Batak :
Sibagot ni Pohan = Anak na ni haholongan/anak na burju
2. Sipaet Tua
Arti secara letterlet:
Si = kata penunjuk
Paet = Pahit
Tua = sangap = wibawa
Arti tersirat :
Orang yang teguh dan tegas/tdk ada neko-neko
Bahasa Batak:
Sipaet Tua = Anak na togu di pandapot/dang olo muba-uba.
3. Silahi Sabungan
Arti Secara letterlet :
Si = kata penunjuk
Lahi = anak laki-laki
Sabungan = petarung = andalan
Arti tersirat :
Laki-laki yang dapat di andalkan
Bahasa Batak :
Silahi Sabungan = sada Baoa na boi si pajuju on.
4. Siraja Oloan
Arti Secara letterlet:
Si = kata penunjuk
raja = raja
Oloan = di turuti
Arti tersirat:
= Seorang Raja yang patut di turuti
Bahasa Batak :
Siraja Oloan = Raja si oloan/ si ihut honon.
Didalam permasalahan panggilan Silalahi, keturunan Silahi Sabungan yang lain khususnya si 7 turpuk berpolemik berasal dari kata Silahi Sabungan dgn mencoba mencari pengertian dari bahasa Asing untuk memaksakan keinginan Silahisabungan sama dengan Silalahi.
pada hal Silalahi adalah anak pertama dari Silahi sabungan dari istri Pintahaomasan boru baso bolon putri dari Raja Nabolon(Parna) makanya silahi sabungan dipanggil dengan amani Silalahi.
fenomena ini sudah sering dilakukan pomparan ni si 7 turpuk dari masa-kemasa utk meniadakan Silalahi dari anak Silahi Sabungan.
Kronologis yang saya tau dan saya rasakan sebagai berikut:
1. Keturunan si 7 turpuk semenjak thn 1967 an tidak mengakui adanya marga Silalahi karena saya waktu SMP pernah berkunjung ke daerah Paropo, saya ditanya seorang ibu:
ibu : Marga aha ma hamu?
saya : Marga Silalahi inang!
ibu : Silalahi aha ma hamu?
Saya : ***##****(bingung.com) Silalahi inang...
ibu : unang di boan hamu marga molo so diboto hamu marga mu, dang adong marga Silalahi ai parsadaan doi katanya sewot.
akupun pergi dgn membawa sebuah pertanyaan.
2. mulai mengakui marga Silalahi tetapi bukan anak dari Silahi sabungan tapi dari keturunan Rumasondi.
3. utk melegalkan semua rencana penghilangan Silalahi dari anak Silahi Sabungan si 7 turpukpun membuat berbagai asumsi dari cerita fiksi dan aktor bayangan yang mengakui bahwa Silalahi adalah keturunan Rumasondi. kalau seandainya keturunan Rumah sondi berarti hanya itulah yg berhak memakai marga Silalahi, ini kok jadi marga Persatuan dari seluruh pomparan ni Silahi sabungan?
4. mulai membuat manuver yg lain yakni mengartikan asal kata Silalahi itu dari bahasa lain atau bahasa asing yg bertujuan bahwa kata Silalahi sama dengan silahi Sabungan.
hal ini tdk akan berkesudahan sampai mereka berhasil mendoktrin semua marga bahwa Silalahi itu adalah parsadaan yang bisa dipakai seluruh keturunan Silahisabungan.
Kepada dongan tubu Silalahi dan boru kami, marilah kita ajarkan hal ini kepada anak-anak kita agar mereka bisa mewaspadai cara-cara dari si 7 turpuk utk menghilangkan marga kita dari anak Silahi Sabungan.
marilah kita benget dalam marulaon agar kita maju dan banyak berdoa agar selalu diberi kebijakan dalam bersikap dan bertingkah laku.
ada umpasa yang mengatakan:
Ijuk di para-para, hotang di parlabian
nabisuk do nampuna hata, naoto tu pargadisan.
sahat-sahat ni soluma sahat tu bortean
nunga hubaen penjelasan na saotik on, sai tontongma taparrohahon.
Horas..horas...horas!
Didalam mengartikan sebuah kalimat atau kata, kita harus tau dari mana asal usul yang empunya nama atau kata, karena pasti didaerah lain akan beda artinya.
Jadi agar jangan menjadi bias dan mencoba mencocok-cocokkan sebuah keinginan alangkah baiknya kita mengerti siapa yg kita bicarakan.
Berbicara mengenai orang batak tentu kita berpatokan kepada bahasa batak, berbicara mengenai nama Pakpak tentu kita berpatokan ke bahasa pakpak dan itulah yang benar.
Jadi jika kita berbicara mengenai nama-nama dan artinya dari keturunan si Raja batak adalah baku degan bahasa Batak. Coba perhatikan nama-nama keturunan si raja batak dan artinya adalah bahasa batak tulen.
Membahas mengenai arti nama dari anak-anak dari keturunan Sorbanibanua yang Batak tulen tentu dgn Bahasa batak tulen.
1. Sibagot ni Pohan =
Arti secara letterlet:
si = kata penunjuk,
bagot = pohon enau / payu dara
ni = kata petunjuk
Pohan = sejenis pohon
Arti tersirat :
Si Jantung hati/anak yang di kasihi/orang yang berprilaku manis budi
Bahasa Batak :
Sibagot ni Pohan = Anak na ni haholongan/anak na burju
2. Sipaet Tua
Arti secara letterlet:
Si = kata penunjuk
Paet = Pahit
Tua = sangap = wibawa
Arti tersirat :
Orang yang teguh dan tegas/tdk ada neko-neko
Bahasa Batak:
Sipaet Tua = Anak na togu di pandapot/dang olo muba-uba.
3. Silahi Sabungan
Arti Secara letterlet :
Si = kata penunjuk
Lahi = anak laki-laki
Sabungan = petarung = andalan
Arti tersirat :
Laki-laki yang dapat di andalkan
Bahasa Batak :
Silahi Sabungan = sada Baoa na boi si pajuju on.
4. Siraja Oloan
Arti Secara letterlet:
Si = kata penunjuk
raja = raja
Oloan = di turuti
Arti tersirat:
= Seorang Raja yang patut di turuti
Bahasa Batak :
Siraja Oloan = Raja si oloan/ si ihut honon.
Didalam permasalahan panggilan Silalahi, keturunan Silahi Sabungan yang lain khususnya si 7 turpuk berpolemik berasal dari kata Silahi Sabungan dgn mencoba mencari pengertian dari bahasa Asing untuk memaksakan keinginan Silahisabungan sama dengan Silalahi.
pada hal Silalahi adalah anak pertama dari Silahi sabungan dari istri Pintahaomasan boru baso bolon putri dari Raja Nabolon(Parna) makanya silahi sabungan dipanggil dengan amani Silalahi.
fenomena ini sudah sering dilakukan pomparan ni si 7 turpuk dari masa-kemasa utk meniadakan Silalahi dari anak Silahi Sabungan.
Kronologis yang saya tau dan saya rasakan sebagai berikut:
1. Keturunan si 7 turpuk semenjak thn 1967 an tidak mengakui adanya marga Silalahi karena saya waktu SMP pernah berkunjung ke daerah Paropo, saya ditanya seorang ibu:
ibu : Marga aha ma hamu?
saya : Marga Silalahi inang!
ibu : Silalahi aha ma hamu?
Saya : ***##****(bingung.com) Silalahi inang...
ibu : unang di boan hamu marga molo so diboto hamu marga mu, dang adong marga Silalahi ai parsadaan doi katanya sewot.
akupun pergi dgn membawa sebuah pertanyaan.
2. mulai mengakui marga Silalahi tetapi bukan anak dari Silahi sabungan tapi dari keturunan Rumasondi.
3. utk melegalkan semua rencana penghilangan Silalahi dari anak Silahi Sabungan si 7 turpukpun membuat berbagai asumsi dari cerita fiksi dan aktor bayangan yang mengakui bahwa Silalahi adalah keturunan Rumasondi. kalau seandainya keturunan Rumah sondi berarti hanya itulah yg berhak memakai marga Silalahi, ini kok jadi marga Persatuan dari seluruh pomparan ni Silahi sabungan?
4. mulai membuat manuver yg lain yakni mengartikan asal kata Silalahi itu dari bahasa lain atau bahasa asing yg bertujuan bahwa kata Silalahi sama dengan silahi Sabungan.
hal ini tdk akan berkesudahan sampai mereka berhasil mendoktrin semua marga bahwa Silalahi itu adalah parsadaan yang bisa dipakai seluruh keturunan Silahisabungan.
Kepada dongan tubu Silalahi dan boru kami, marilah kita ajarkan hal ini kepada anak-anak kita agar mereka bisa mewaspadai cara-cara dari si 7 turpuk utk menghilangkan marga kita dari anak Silahi Sabungan.
marilah kita benget dalam marulaon agar kita maju dan banyak berdoa agar selalu diberi kebijakan dalam bersikap dan bertingkah laku.
ada umpasa yang mengatakan:
Ijuk di para-para, hotang di parlabian
nabisuk do nampuna hata, naoto tu pargadisan.
sahat-sahat ni soluma sahat tu bortean
nunga hubaen penjelasan na saotik on, sai tontongma taparrohahon.
Horas..horas...horas!
Langganan:
Postingan (Atom)