Jumat, 25 Juli 2008

BENDA - BENDA BERSEJARAH

BENDA – BENDA BERSEJARAH


1. Solam Mulajadi.
Solam Mulajadi atau Pisau Mulajadi adalah pisau yang dibawa Debata Asi-asi dari banua ginjang (Benua atas). Pisau ini adalah himpunan seluruh pengetahuan orang batak, sebab pisau ini berisi aksara batak 19+7 pengetahuan.






2. Piso Sipitu Sasarung
Piso Sipitu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung terdapat 7 buah pisau di dalamnya. Pada zaman dahulu kala setelah gunung pusuk buhit meletus 73.000 tahun yang lalu seorang keturunan Siraja Batak bernama Raja Batorusan yang selamat dari musibah tersebut pergi ke gunung pusuk buhit yang sekarang dan diatas gunung tersebut ada sebuah telaga. Setibanya di telaga tersebut dia melihat 7 orang putri turun dari langit dan mandi di telaga tersebut.
Raja Hatorusan pun tercengang dan heran. Maka iapun mencuri pakaian salah satu dari purti tersebut, sehingga putri tersebut pun tidak dapat terbang lagi ke langit dan iapun mempersuntingnya menjadi istrinya.
Dari legenda inilah awal dari Piso Sipitu Sasarung yang mana melambangkan Tujuh Kekuatan yang dibawah oleh Putri Kayangan dari Banua Ginjang untuk bekal hidup Siraja Batak yang baru.



3. Piso Silima Sasarung
Pisau inilah pisau 1 sarung tetapi di dalamnya ada 5 buah mata pisau. Di dalam pisau ini berisikan kehidupan manusia, dimana menurut orang batak manusia lahir kedunia ini mempunyai 4 roh, kelima badan (wujud). Maka dalam ilmu meditasi untuk mendekatkan diri kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) harus lebih dulu menyatukan 4 roh, kelima badan.



4. Piso Sitolu Sasarung
Piso Sitolu Sasarung adalah pisau yang mana dalam 1 sarung ada 3 buah mata pisau. Pisau ini melambangkan kehidupan orang batak yang menyatu 3 benua. Benua atas, benua bawah dan benua tonga, Juga melambangkan agar Debata Natolu, Batara Guru merupakan kebijakan, Batara Sori merupakan keimanan & kebenaran Batara Bulan merupakan kekuatan tetap menyertai orang batak dalam kehidupan sehari-hari.



5. Piso Siseat Anggir
Piso ini biasa digunakan pada saat membuat obat atau ilmu. Piso ini bertujuan hanya untuk memotong anggir (jeruk purut).



6. Sunggul Sohuturon
Sunggul Sohuturon ini terbuat dari rotan yang di anyam berbentuk keranjang sunggul ini bertujuan untuk memanggil roh manusia yang lari atau roh yang diambil oleh keramat.



7. Pukkor Anggir
Pukkor Anggir ini digunakan untuk menusuk anggir dan mendoakannya pada saat menusuk sebelum anggir tersebut di potong.



8. TutuTutu ini bertujuan untuk menggiling ramuan-ramuan obat yang hendak digunakan pada orang sakit.



9. Sahang
Sahang ini adalah yang terbuat dari gading gajah. Sahang ini digunakan tempat obat yang mampu mengobati segala jenis penyakit manusia.



10. Gupak
Gupak ini biasanya digunakan memotong obat yang jenisnya keras seperti akar-akaran, kayu-kayuan dan lain-lain.











11.Tukkot Tunggal Panaluan
Tongkat Tunggal Panaluan ini adalah tongkat sakti siraja batak yang diukir dari kejadian yang sebenarnya, yang merupakan kesatuan kesaktian benua atas, benua tengah dan benua bawah.






12. Piso Halasan
Piso Halasan adalah pedang sakti yang berisikan :
“Yang tak mempunyai keturunan menjadi mempunyai keturunan sekaligus pisau Raja Sorimangaraja. Pisau Raja mendatangkan rejeki dalam kehidupan. Legenda Pisau Halasan:
Pada zaman dahulu seorang raja yang merantau ke kota Balige sudah lama tak mempunyai keturunan. Dengan demikian dia memanggil seorang anak sakti untuk menolong dia bagaimana caranya agar dia mempunyai keturunan. Maka anak sakti tersbeut menyatakan :
“Ambil besi dari dalam batu kemudian tempahlah besi tersebut dan buatlah pedangmu dan sebutlah namanya Piso Halasan, maka kau akan mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Dengan tulus hati Tuan Sorimangaraja melaksanakannya dengan menggunakan petir untuk memecahkan batu yang besar, diapun mendapatkan besi tersebut dan menempahnya menjadi pisau. Demikianlah asal-muasal Pisau Halasan.



13. Piso Tobbuk Lada
Piso Tombuk Lada adalah Pisau Kecil yang biasa digunakan untuk memotong dan mengiris ramuan obat.



14. Hujur Siringis
Hujur Siringis adalah sebuah tombak sakti yang biasa digunakan para panglima perang.



15. Tukkot Sitonggo Mual
Tukkot Sitonggo Mual adalah Tongkat sakti Siraja Batak yang mana pada zaman dulu dalam perjalanan apabila air tidak ada jika tongkat ini ditancapkan ke tanah maka mata air akan keluar.



16. Piso Solam Debata
Piso Solam Debata adalah sebuah pisau kecil Siraja Batak yang biasa dipakai oleh seorang Raja dan apabila dia berbicara atau memerintah, maka semua manusia akan menurut. Pisau ini hanya dipakai oleh seorang raja.





17. Piso Gaja Doppak
Piso Gaja Doppak ini adalah pisau pedang seorang raja yang mana apabila pisau ini dipakai, maka segala penghambat didepan, disamping, dibelakang akan jauh. Biasa pisau ini dipakai oleh Raja pada saat berjalan atau keluar daerah.

Rabu, 23 Juli 2008

LAGU KEBANGSAAN BATAK

TANO BATAK

O TANO BATAK HAHOLONGAN HU
SAI NAMASIHOL DO AU TU HO
DANG BOI TARPODOM DANG NOK MATA KU
SAI NA MALUNGUN DO AU SAI NAENG TU HO

Reff:
O TANO BATAK ANDIGAN SAHAT
DAPOTHONON HU TANO HATUBUAN HI
O TANO BATAK SAI NAENG HU TATAP
AU ON NAENG MIAN DIHO SAMBULON HI

MOLO DUNG BINSAR MATANIARI
LAO PANAPUHON HAUMA I
DENGGAN DO NGOLU SIGANUP ARI
DI NAMARINGAN DI HO SAMBULON HI

Mulak tu Reff:





PULO SAMOSIR

PULO SAMOSIR DO HAROROAN HU SAMOSIR DO
IDO ASAL HU SAI TONG INGOTON HU SALELENG NGOLU KU HU PUJIHO

DISI DO PUSOKKI PARDENGKEAN HU HAUMA KI
GOK DISI HASSANG NANG EME NANG BAWANG RARAT DO PINAHAN DIDOLOK I

LAO PE AU MARHUTA SADA DA DAINDA POLA LELENG ASA MULAK AU
DIPARJALANGAN INDANG SONANG AU SAI TU PULO SAMOSIRMASIHOL AU

TUAK TANGKASAN DO HASIHOLAN HU TUNG LOBI DO
NANG NAMARGOTA DOHOT NANIURA DI PULO SAMOSIR DO DAPOT I
NAENG HO MARLOGU DI ATAS NI SOLU PASONANGHON NGOLU TUSIMA HO

MOLO MARUJUNGMA MUSE NGOLU KU SARIHON MA
ANGGO BANGKE KU DISI TANOMONMU DISI UDEAN HU SARIHON MA 2x





TAO TOBA


ANGKA DOLOK NA TIMBO DO MANGKALIANGI HO
O TAO TOBA NAULI
TAPIANMU NATIO I TONTONG DIBAHEN HO
DALAN LAO TU PULO MI
HAUMANA TUNG BOLAK ADARANNA PE LOMAK
DI PANGISINI LUAT MI
PINAHANNA PE RARAK PANDARAMAN PE BAHAT
NAHUMALIANG TOPI MI

Reff
O TAO TOBA
RAJA NI SUDENA TAO
TAO NASUMURUNG NA LUMOBI ULI MI
MOLO HU TATAP RUPA MI SIAN NADAO
TUDOS TU INTAN NADENGGAN JALA ULI

BARITA NI HINAULIM, DI TANO ON
UMPAMA NI HINAJOGIM, DI PORTIBI ON
MAMBAEN MASIHOL SALUHUT SUDENA BANGSO
MARNIDA HO OTAO TOBA NA TIO.

Rabu, 16 Juli 2008

TOUR OF TAMBAK RAJA SILAHISABUNGAN,



Pomparan ni Ompu Raja Silahisabungan yang ada di seluruh penjuru dunia, didalam blog http://partoginisilalahi.blogspot.com ini saya mencoba meliput gambar Tambak makam Ompu Raja Silahisabungan yang terletak di Pangururan Samosir.

Adapun keberadaan gambar-gambar ini merupakan hasil liputan saya sendiri memakai Handycam Sony dan saya tayangkan di layar kaca lalu saya photo dengan HP Nokia berkamera 2 MP, jadi dengan segala keterbatasan waktu dan tehnologi yang saya miliki hal ini baru bisa saya tayangkan di blog ini.
Mudah-mudahan dengan melihat gambar-gambar ini, kerinduan dan keingin tahuan pomparan ni omputa Silahisabungan tentang Tambak makam tersebut dapat terpenuhi dan rindu untuk mengujungi langsung ke Bonani Pasogit.

Horas jala gabe

Biarjo Silalahi



Tour of Tambak Makam Raja Silahisabungan.

Tiba di Kota Pangururan, kita segera menuju huta lumban Silalahi + 0,5 km dari pusat kota, disitu kita bisa bertemu dengan pomparanni Oppu Raja Silahisabungan yang kini di huni keturunan Cucunya dari Bursok Raja Silalahi.
Untuk mengetahui lebih banyak informasi yang kita perlukan tentang keberadaan Tambak, disanalah tempatnya bertanya.
Dari situ kita menuju Dolok Parmasan, sepanjang perjalanan kita akan melewati bukit terjal dan sawah-sawah tadah hujan, sekali-kali kita akan melewati rumah tradisional yang kurang terawat, setelah berjalan atau naik kendaraan sepanjang lebih kurang 2 km menaiki bukit dgn ketinggian 500m dari permukaan laut kita akan melihat hamparan Danau Toba yang menyejukkan dan kegagahan Gunung Pussuk Buhit dengan huta Limbong mulana yang terkenal sebagai asal usul nenek moyang Bangsa Batak.





Berjalan beberapa meter lagi kita akan melihat Tambak Makam Silahisabungan yang berdiri kokoh diantara rerimbunan ilalang.



Untuk memasuki areal makam, kita akan melalui pintu gerbang dgn temboknya yg kokoh



melangkah ke dalam areal makam kita akan menemukan rumput yg tidak terawat hingga terkesan tdk terurus seakan lama ditinggal para keturunannya.



semakin dekat kita akan melihat Patung Raja Silahisabungan dengan patung ketiga Istrinya yakni: Pintahaomasan boru basobolon, Pingganmatio boru Padang Batanghari, Similingiling boru Mangarerak.



Raja Silahisabungan dgn gagah memegang Tongkat kebesarannya diantara ke tiga istrinya



Patung Raja Silahisabungan di lihat lebih dekat.



Di dinding Tambak makam terdapat beberapa relief tentang raja Silahisabungan dgn keturunannya.

Relief ini menggambarkan Raja Silahisabungan (berdiri) dgn Istri Pintahaomasan serta anaknya Silahi Raja (Silalahi)



Relief ini adalah Pinganmatio dengan ke 7 anaknya yakni Loho Raja, Tukkir Raja, Sondi Raja,Butar Raja, Bariba Raja,Debang Raja,Batu Raja.



Relief ini adalah Similingiling dgn anaknya si Raja Tambun, kelihatan buram karena fenomena alam yg menurut tetua adat menandakan keturunan Si Raja Tambun yang dulu sering berjiarah ke Tambak ini menjadi jarang akibat pengaruh versi tarombo yg berbeda.



Relief Perjalanan Raja Silahisabungan membawa Si Raja Tambun dari Si Bisa ke Pangururan naik Solu.



Relief saat Pintahaomasan boru basobolon menyusui si Raja Tambun waktu masih bayi dibawa dari Si Bisa/Balige.
dengan Doa berairnya Air Susu Pintahaomasan
“ Sintong do ahu na hurangan dijolma ale Ompung Debata, ai holan sada do anak hutubuhon.
Sai unang ma tampuk sahali manang nibagot tinunggoman
Sintong mai langu, maraek ma bahen bagottu asa unang mahiang tolonan ni anakkon ”.

Tidak berapa lama sehabis berdoa dirasakan buah dadanya membesar lalu puting susunya dimasukkan kedalam mulut sibayi dihisap dengan sangat lahap dan dengan kegembiraan yang meluap-luap kegirangan dia berkata :
Nunga tambun anakku si sada-sada si Raja Tambun ma bahenon goarna.




Relief Silahisabungan dengan istrinya Pintahaomasan membuat Padan Dekke ni laean antara Silahi Raja dengan SiRaja Tambun sebelum berangkat ke si bisa untuk menemui tulangnya dan ibunya.

yang isinya sbb:
1. Sian Oppung Boru Baso Nabolon Tu SiRaja Tambun:
* On ma da Ompung Mulajadi Nabolon dengke nilaean, sai lae ma roham mengalehon
parhorason, penggabean tu anakhon, On ma na mang-gugut-gugut di limut na
liot-liot di batu, sai dapotan gagaton dapotan jilaton ma anakhon.
* Sagu-sagu sitompion na godang ma on asa manompi mas manompi pangomoan anakhon
* Lanjang-lanjang purun-purun jonggi hais sai hais ma nipi na sambor hais na so
mallabu sian anakhon.
* Jonggi manaek ma anakhon naek-naek tu surgo, marganda padi siganda sigandua
sipusuk ni podom-podom na sada gabe dua ma on na tolu gabe onom
* Manarsar ma on songon mange mangararat songon singgator

2.Sian Oppung Boru Baso Nabolon Tu SiRaja Tambun dohot Silalahi Raja:
* Padan ma na huhatahon tu anakhon, asa sisada lulu anak sisada lulu boru, naso
tupa masi paetek-etehan, tampuk ni ate-ate ma hamu amang uratni pusu-pusu.
Asa ho amang si Raja Tambun :
* Ingkon aek ni unte ma haham Silalahi on diho dipadoit-doiton bunga ni sira
dipagugut-guguton….”
Nang ho amang Silalahi :
* Molo holong roham tu anak ni hinaholongmu songonima holong ni roham dianggim si
Raja Tambun on…”

3. Sian Oppung Doli Silahisabungan Tu SiRaja Tambun
Amang si Raja Tambun;
* Sai torop marbue ma pinomparmu gabe maho jala mamora tumpahon ni mulajadi,
masuak tangke ma ho rahut-rahutan tarida tutur tambah-tambusan sai ingot ma ho
ditona dompak haham Silalahi on…”
4. Sian Oppung Doli Silahisabungan Tu Silalahi Raja
Nang ho amang Silalahi :
* Sai gabe ma ho jala mamora, sai dilehon mulajadi ma diho boto-boto biti-biti,
sai unang ho lupa ditona balos do hata dompak anggim si Raja Tambun on…”


demikianlah kunjungan kita kali ini, sampai bertemu di episode berikutnya, akhir kata kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

Horas....Horas...Horas.

Senin, 14 Juli 2008

KITAB BATARA GURU

Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan manusia yang tercermin pada Batara Guru yang mempunyai lambang hitam.
: " Wahai engkau Batara Guru engkaulah tempat bertanya, pengambilan hukum, keterangan, ramalan dari yang paling atas, dari Bukit Siunggas ke Bukit Parsambilan, dari embun yang tujuh-lapis, dari langit ke-tujuh, dari lembah Sitandiang menuju pohon Pakis yang tiga, dari hutan Pungu ke hutan tempat keramat dari Gua Sibada-Bada, dari pohon kayu Simanualang, dari ujung dahan, dari ujung bumi, dari batu Garagajulu itulah tempat penyucianmu, dari rotan terbalik, dari tikar bambu duri, dari simpangan empat, dari rotan terbalik ke bintang yang bercabang ke Batu Sigiling-giling, dari pohon Kayu Junjung Buhit, dari pohon Hariara yang tumbuh di langit itulah jalanmu ke Benua Atas dan Benua Tengah. Jika kau turun ke Benua Tengah mengambil dan mengantar keperluan manusia maka lakukan dari Batu Siukkap-Ukkapon ke batu yang dilangkahi yang datar tapak gadingnya. Itulah jalanmu mengambil dan mengantar kepada manusia, sebab engkaulah yang mempunya Telungkup, punya perahu besar berikat kepala kain yang diputar, punya Gajak Hitam, punya Burung Manggarjati (raja burung yang dapat berbicara). Dibukit Taman Aren, dibawah taman Sirih, jika suatu hari nanti manusia datang kepadamu berikanlah mereka kehidupan sebab engkaulah yang membuka pendengaran manusia, mengetahui kata-kata yang salah dan benar, juga membuka telinga manusia yang punya baju hitam dan kuda hitam".


Adapun isi dari Kitab Batara Guru adalah :
Pada awal permulaan zaman dahulu kala, tersebut nama Tuan Buki Nabolon, Raja Pinang Habo yang tidak pernah mati,tidak pernah tua, tidak laki-laki dan tidak perempuan bersandar dikayu Sikkam Mabarbar di Benua Holing.
Pada saat itu Kayu Sikkam Mabarbar berulat, kemudian ulat tersebut jatuh ke dalam laut, dan menjadi asal mulanya ikan beserta segala yang hidup didalam air.
Seiring dengan waktu yang tidak diketahui kayu tersebut berulat lagi lalu ulatnya jatuh ke daratan dan menjadi asal mulanya jangkrik, lipan, hala, dll.
Kejadian tersebut terulang kembali, ulat dari Kayu Sikkam Mabarbar jatuh ke hutan belantara dan menjadi awal mulanya harimau, singa, gajah, babi hutan, dll.
Seterusnya ulat tadi jatuh ke tanah datar merupakan awal mula dari kerbau, kuda, lembu, kambing, dll.
Akhirnya ulat kayu tersebut jatuh dari langit menjadi tiga ekor burung besar dan mempunyai nama Manuk Patia Raja yang sangat besar, Manuk Hulambu Jati dan Manuk Mandoang-doang. Kemudian Ompunta Raja Mulajadi Nabolon bersabda kepada Siboru Deak Parujar beserta anaknya tentang ke tiga ayam tadi :
- " Apabila suatu hari nanti dari keturunanmu melihat paruhnya maka segera buat sebuah persembahan berupa Babi Simeneng-Eneng agar segala tanaman yang kamu tanam membuahkan hasil.
- Apabila dia menampakkkan perutnya, maka segera buat sebuah persembahan berupa ayam putih agar tidak terjadi mara bahaya.
- Apabila dia menampakkan kupingnya, maka segera buat sebuah persembahan berupa kambing putih agar tidak terjadi wabah penyakit.
- Apabila dia menampakkan jenggernya, maka segera buat persembahan berupa kuda merah agar tidak terjadi kelaparan.
- Apabila dia menampakkan ekornya, maka segera buat persembahan berupa kerbau agar tidak sampai niat jahat dari kekuatan roh dan manusia.
- Apabila dia menampakkan bulunya, maka segera buat persembahan berupa lembu agar tidak terjadi kegelapan.
- Apabila dia menampakkan badannya, maka segera buat persembahan berupa kerbau yang mempunyai empat pusaran agar manusia sehat dan mempunyai rejeki melimpah."
Maka pada akhirnya dari pernyataan diatas, ketentuan tersebut akan menjadi rutinitas manusia kepada penghuni Benua Atas.


2. KODRAT MANUSIA
Pada awalnya, permulaan manusia berasal dari ayam (Manuk Hulambu Jati) yang bertelur tiga butir. Setelah dieram selama satu tahun belum juga menetas. Kemudian tanah di Benua Atas bergetar dan terdengar suara bergema memanggil mereka agar dapat menetas/keluar dari dalam telur tersebut.
Manuk Hulambu Jati (Debata Asi-asi) dengan suara bergema tersebut berkata : “Kalian bertiga akan Aku keluarkan tetapi apa yang Aku ucapkan saat mengeluarkan kalian semuanya akan terjadi”. Maka mereka yang ada didalam telur tersebut(Debata Natolu) menjawab: " kami setuju asal kami bisa keluar ". Kemudian Debata Asi-asi melakukan langkah-langkah mengeluarkan mereka yaitu : Debata Asi-asi menyentuh bagian daerah kepala sambil berkata : "setiap manusia nantinya, akan ada yang kematian Suami, Istri dan Anak.
Debata Asi-asi menyentuh bagian mata sambil berkata : “Setiap manusia akan menangis ".Debata Asi-asi menyentuh bagian telinga sambil berkata : “akan ada manusia kelak yang tuli".Debata Asi-asi menyentuh bagian mulut sambil berkata : “akan ada manusia kelak yang sumbing dan ompong". Debata Asi-asi menyentuh bagian pipi sambil berkata : “setiap manusia akan merasa gatal".Debata Asi-asi menyentuh bagian leher sambil berkata : “akan ada manusia menderita penyakit gondok". Debata asi-asi menyentuh bagian bahu sambil berkata : “manusia kelak bersusah payah mencari hidupnya".Debata Asi-asi menyentuh bagian dada sambil berkata : “akan ada manusia kelak yang lumpuh".Debata Asi-asi menyentuh bagian punggung sambil berkata : “akan ada menusia kelak yang bungkuk".Debata Asi-asi menyentuh bagian tangan sambil berkata : “akan ada manusia kelak yang menderita penyakit".Debata Asi-asi menyentuh bagian kaki sambil berkata : “keluarlah, keluar dan keluar bagaikan bintang di langit dan pasir di tepi laut, demikianlah banyaknya keturunanmu". Selanjutnya keluarlah tiga manusia laki-laki dari telur tersebut.
Demikian juga halnya pada saat Manuk Hulambu Jati mengeram tiga potong bambu hingga keluarlah tiga orang wanita dari bambu tersebut, yaitu Siboru Porti Bulan, Boru Malimbin Dabini dan Siboru Anggasana. Debata Asi-asi berkata: “Kelak kamu akan susah payah untuk melahirkan anakmu tapi ingatlah Aku akan hadir pada setiap wanita yang melahirkan”.
3. SURATAN MANUSIA
Raja Mulajadi Nabolon duduk di singgasana Benua Atas bersandar di Kayu Sikkam Mabarbar (Kayu Hariara) dan akarnya berjumlah dua puluh enam pada bumi di Batu Manggar Jadi, dahannya ada delapan, rantingnya tiga puluh dan mempunyai buah dua belas. Ke delapan dahannya persis mengikuti arah mata angin antara lain :

Dahan ke arah Timur berupa Mas
Dahan ke arah Tenggara berupa Suasa
Dahan ke arah Selatan berupa Perak
Dahan ke arah Barat Daya berupa Batu
Dahan ke arah Barat berupa Tima
Dahan ke arah Barat Laut berupa Tembaga
Dahan ke arah Utara berupa Besi
Dahan ke arah Timur Laut berupa Kayu

Suratan kehidupan manusia dituliskan di dalam pohon kayu tersebut, antara lain :

Suratan manusia sebagai raja besar yang tak kurang suatu apapun tertulis di sebelah Timur.
Suratan manusia sebagai raja biasa tertulis di sebelah Tenggara.
Suratan manusia menjadi orang yang sangat kaya, tertulis di sebelah Selatan.
Suratan manusia menjadi orang kaya biasa tertulis di sebelah Barat Daya.
Suratan manusia menjadi seorang dukun tertulis di sebelah Barat.
Suratan manusia menjadi rumah tangga yang harmonis tertulis di sebelah Barat Laut.
Suratan manusia yang mempunyai banyak suami dan banyak istri tertulis di sebelah Utara.
Suratan manusia menjadi orang miskin tertulis di sebelah Utara.
Suratan manusia para pembantu tertulis di sebelah Timur Laut.
Suratan manusia yang berumur panjang tertulis di Akar.
Manusia yang berumur pendek tertulis di Dahan.
Manusia yang baru punya anak kemudian meninggal tertulis di Kayu.
Manusia yang meninggal saat muda tertulis di Ranting.
Manusia yang meninggal saat remaja tertulis di Pucuk.
Manusia yang meninggal saat belajar remaja tertulis di Daun.
Manusia yang meninggal saat anak-anak tertulis pada Daun yang sudah tua.
Manusia yang meninggal saat belajar berjalan tertulis pada Tangkai Daun.
Manusia yang meninggal saat belajar melangkah tertulis pada Daun yang sudah tua.
Manusia yang meninggal saat belajar berdiri tertulis pada Daun yang hendak lepas.
Manusia yang meninggal saat sudah bisa duduk tertulis pada Tangkai daun yang sudah tua.
Manusia yang meninggal saat merangkak tertulis pada ujung Daun yang sudah tua.
Manusia yang meninggal saat belajar merangkak tertulis pada Daun yang hendak jatuh.
Manusia yang meninggal saat bisa berbicara tertulis pada Daun yang sudah busuk.
Manusia yang meninggal dari kandungan tertulis pada Daun yang sudah jatuh.
Manusia yang di masuki roh tertulis pada Dahan yang bercabang.
Perempuan yang dapat mengobati tertulis pada Ranting yang sudah tua.
Manusia yang sakti tertulis pada Buah yang bagus.
Manusia penakut dan orang bodoh tertulis pada Buah yang tidak bagus.
Manusia pencuri tertulis pada buah yang hendak jatuh.

Demikianlah suratan tangan hidup manusia, pada dasarnya setiap manusia yang lahir ke dunia ini tidak mengetahui kelak apa yang akan di alami.

D. Naga Padoha Ni Aji

.
Pada suatu hari Manuk-manuk Hulambujati bertelur tiga butir. Hatinya tertegun dan heran, karena telurnya lebih besar dari dirinya. Melihat telur tersebut tidak bisa di erami, kemudian Manuk-manuk Hulambujati menjumpai Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon dan menitipkan pesan, Dia berkata : " E ….. Leangleangmandi Untunguntung Nabolon, harap murah hatimu menyampaikan dahulu pesan ku ini kepada Ompunta Maulajadi Nabolon, Aku tidak tahu bagaimana akan kuperbuat perihal telurku yang tiga ini, kuperam tidak cukup dengan buluku "! Akhirnya Leangleangmandi menyampaikan pesan itu kepada Ompunta Mulajadi Nabolon. Ia berkata : " Ya Ompung, bagaikan beras yang tidak bercampur dengan antah, yang tidak lupa di pesan yaitu pesan dari Manukmanuk Hulambujati, apa seharusnya dilakukan pada ketiga telurnya itu ?" Ompunta Mulajadi Nabolon berpesan : " Katakanlah agar telur itu tetap diperami. Aku yang lebih tahu akan hal itu, bawalah dua belas butir beras ini, butiran beras ini harus dimakan setiap bulan. Jika terasa gatal pada paruhnya, patukkan kepada telur itu. " Kemudian Leang-leangmandi menyampaikan pesan Ompunta Mula Jadi Nabolon kepada Manuk-Manuk Hulambujati. Manuk-Manuk Hulambu Jati segera melaksanakan pesan dari Ompunta Mula Jadi Nabolon. Setelah tiba saatnya paruh Manukmanuk Hulambujati menjadi gatal lalu dipatukkannya kepada tiga butir telur tersebut. Telur itupun berputar dan kemudian keluar dari setiap telur tersebut menyerupai manusia laki-laki. Dari telur pertama keluar Batara Guru Doli, Batara Guru Panungkunan, Batara Guru Pandapotan, yang menjadi kebijakan dari segala kerajaan, memegang timbangan kepada seluruh yang dijadikan, permulaan gantang terajunan, timbangan yang adil, bajak pembelah tali, keatas tiada dapat terungkit, kebawah tak dapat oleng dan kesamping tidak akan miring.Dari telur ketiga, keluar Debata Bala Bulan, Balabulan Matabun, Balabulan Nambun yang rubun dipuncaknya. Datu Paratalatal, Datu Parusulusul, mengendarai kuda sembarani, pisau bermata dua, bertombak dua ujung, permulaan kuasa perdukunan kepada manusia. Dari telur ketiga itu juga keluar Raja Padoha, Naga Padoha Niaji, bertanduk tujuh, berkuasa di bawah tanah, asal mula dari gempa. Debata Bataraguru, Debata Sorisohaliapan, Debata Balabulan, itulah Debata Natolu, yang tiga Pendirian, tiga kuasa.
Kemudian Leang-leangmandi menyampaikan kembali pesan Ompunta Mula Jadi Nabolon kepada Manuk-Manuk Hulambujati. Pesan tersebut kembali dilaksanakan. Setelah habis ke sebelas butir beras itu dimakan, paruh Manukmanuk Hulambujati menjadi gatal, kemudian dipatuknya ketiga bambu tersebut sehingga pecah lalu keluarlah dari tiap buku bambu itu tiga wanita, yang pertama bernama, Siboru Porti Bulan, kedua Siboru Malimbin Dabini, ketiga Siboru Anggarana.
Waktu demi waktu terus berjalan keenam anak dan ketiga wanita tersebut semakin dewasa, hal ini membuat hati Manuk-manuk Hulambujati menjadi gelisah. "Apa yang harus aku perbuat terhadap mereka? " pikirnya dalam hati. Akibat kegelisahan yang dialaminya Manuk-Manuk Hulambujati kembali menjumpai Leangleangmandi Untung-untung Nabolon, kemudian ia berkata: " Berangkatlah engkau tolong tanyakan kepada Ompunta Mulajadi Nabolon, apa yang harus aku perbuat terhadap anak-anak yang telah dewasa ini ". Setelah mengerti maksud dari Manuk-manuk Hulambujati, Leangleangmandi Untung-untung Nabolon segera menyampaikannya kepada Ompunta Mulajadi Nabolon. Lalu Ompunta Mulajadi Nabolon berpesan: " Hai Leangleangmandi katakanlah kepada Manukmanuk Hulambujati, jadikanlah ketiga wanita itu menjadi istri Debata Natolu." Kemudian pesan itu disampaikan Leangleangmandi kepada Manukmanuk Hulambujati, maka Manukmanuk Hulambujati melaksanakan pesan tersebut. Akhirnya ketiga wanita tersebut menjadi istri dari Debata Batara Guru, Debata Sorisohaliapan dan Debata Balabulan.
Ompunta Mulajadi Nabolon, Manukmanuk Hulambujati berkata: " Ketiga orang itu telah beristri, tetapi bagaimana tentang Siraja Odapodap, Tuan Dihumijati dan Raja Padoha?" Kemudian pesan itupun disampaikan kepada Ompunta Mulajadi Nabolon oleh Leangleangmandi maka Ompunta Mualajadi Nabolon bersabda kepada Leangleangmandi: " Katakanlah kepada Manukmanuk Hulambujati bahwa Akulah yang memikirkan akan hal itu, dan harus ditunggu anak dari yang tiga tadi, yang akan menjadi istri mereka kelak".
Tetapi setelah pesan itu disampaikan Leangleangmandi Untung-untung Nabolon kepada mereka, Siboru Deakparujar berdalih dan menolak keputusan tersebut, Siboru Deakparujar hanya berpegang pada kemauannya sendiri.
Kemudian Siboru Deakparujar meminta kapas tiga gumpal dari Ompunta Mulajadi Nabolon untuk dijadikan benang. Apabila dapat di tenun menjadi kain (ulos) maka ia akan menerima perjodohannya dengan Siraja Odapodap. Waktu terus berjalan, namun pintalan benang Siboru Deakparujar masih tetap sebesar pinang muda. Patutlah demikian karena yang dipintal pada malam hari pagi-pagi ditanggali, yang ditenun pada siang hari ditanggali pula pada malam hari.
Kemudian Mulajadi Nabolon dan Leangleangmandi Untung-untung Nabolon datang, ternyata pintalan benang yang ditenun Siboru Deakparujar, masih tetap sebesar pinang muda. Akibat yang dipintal pada malam hari pagi-pagi ditanggali, yang ditenun pada siang hari ditanggali pula pada malam hari. Kemudian pintalan benang tersebut tercampak ke halaman batangan, terbenam sangat dalam, sampai tidak dapat di tarik dari tempat tersebut.
Hati Siboru Deakparujar gundah gulana lalu minta tolong kepada Ompunta Mulajadi Nabolon, kemudian Ompunta Mulajadi Nabolon berpesan: " Ambillah tongkat tudutudu tualang nabolon, tusukkan ke dekat pintalan benangmu, lalu tarik dengan hati-hati." Lalu Siboru Deakparujar melaksanakan pesan tersebut, nyatanya pintalan benang itu semakin dalam terbenam. Walaupun demikian ujung benang masih melekat pada alat pemintalannya. Akhirnya pintalan benang tersebut Jatuh dan menarik Siboru Deakparujar sehingga melayang-layang di Benua Tengah di atas air.
Siboru Deakparujar bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan yang terjadi. Lalu ia berdiri diatas tanggul , sambil memanggil : " Leangleangmandi Untunguntung Nabolon sahutilah aku dahulu, karena aku tidak tahu semuanya ini. Lalu Ompunta Mulajadi Nabolon menyuruh Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon menjumpai Siboru Deakparujar. " Apa yang hendak engkau katakan padaku? " kata Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon. Kemudian Siboru Deakparujar menjawab: " Tanah yang kutempah itu rubuh, aku tidak tahu mengapa demikian. Kini kuharapkan kemurahan hatimu untuk meminta sekepal tanah kepada Ompunta Mula Jadi Nabolon agar kembali sedia kala." Kemudian Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon kembali ke Benua Atas menyampaikan permintaan Siboru Deakparujar kepada Ompunta Mulajadi Nabolon. Sekepal tanah yang diminta tersebut dikabulkan kemudian di bawa oleh Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon selanjutnya diberikan kepada Siboru Deakparujar, lalu ia mengulangi kembali tempahannya dan tanah tempahan tersebut kembali seperti sedia kala.
Kemudian Raja Padoha berkata : Mengapa engkau tinggal disini, Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon sudah mundar-mandir menjemputmu untuk kembali ke Benua Ginjang supaya engkau dijodohkan dengan Siraja Odapodap." Kemudian Siboru Deakparujar menjadi marah dan berkata : " Riaspun diatas, batangnya di bawah, dipaksapun keatas dicampakkan ke bawah, bagaimanapun saya tidak akan mau dijodohkan dengan Siraja Odapodap. Pekerjaan inilah yang paling penting bagiku." Lalu Siboru Deakparujar memanggil Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon, meminta sirih kepada saudaranya Nan Bauraja dan Narudung Ulubegu masing-masing satu lembar. Lalu Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon pergi menjemput sirih tersebut kemudian memberikannya kepada Siboru Deakparujar. Selanjutnya sirih tersebut dimakan oleh Siboru Deakparujar kemudian ia menjadi cantik jelita. Lalu di semburkannya sirih tersebut ke pundak Raja Padoha. Semburan air sirih tersebut tepat ke pundak Raja Padoha. Melihat bibir yang merah serta kilauan gigi Siboru Deakparujar ,Raja Padoha bertanya:" apa gerangan itu tolong berikan padaku." Siboru Deakparujar lalu menyahut :" Itu adalah minyak wangi memperbaiki jantung, membuat hati sehat dan segar bernafas. Salah satu kelebihan dari putri raja yang menjadi pertanda kesopanan dan prilaku adat." "Jika demikian maksudnya, harap diberikan juga, agar dapat bersikap sopan santun dan berprilaku adat istiadat" kata Raja Padoha.
"Jika engkau menginginkan itu, satu syarat harus dipenuhi yaitu apa yang saya katakan harus engkau penuhi. Syarat itu adalah bahwa engkau harus kupasung lebih dahulu, agar dapat kuberikan padamu. Jika engkau mengharapkan yang lebih baik untuk diberikan, engkau harus dipasung mulai dari kaki, pinggang sampai dengan tanganmu."
Sejak tanah yang ditempah oleh Siboru Deakparujar tidak rubuh lagi, hanya terban saja yang terjadi sehingga membuat jurang dalam, tebing curam, lembah-lembah, gunung-gunung yang berbukit-bukit. Setelah tanah tersebut selesai ditempah oleh Siboru Deakparujar dengan dataran rendah yang luas namun masih telanjang. Belum ada tumbuhan dan lain-lainnya, maka Siboru Deakparujar memohon kepada Leangleangmandi Untunguntung Nabolon : " O … Leangleangmandi Untunguntung Nabolon, selesai sudah tanah itu saya tempa, tetapi tidak tertahankan dinginnya karena tidak ada tempat untuk pemukiman. Karena itu tolonglah minta dahulu kepada Mulajadi Nabolon, tumbuh-tumbuhan pada tanah itu." kemudian Leangleangmandi Untung-untung Nabolon menyampaikan permintaan tersebut kepada Ompunta Mulajadi Nabolon lalu Ompunta Mulajadi Nabolon menugasi Batara Guru untuk membuat segala jenis benih dari tumbuh-tumbuhan, segala yang terbang dan semua kehidupan bergerak di dalam satu karung. Karung itu ditutup oleh Batara Guru lalu berkata kepada Leangleangmandi Untunguntung Nabolon : " Nah bawalah ini kepada Siboru Deakparujar, dan katakanlah padanya bukalah karung ini, tetapi lebih dahulu kembangkan tikar disekitarnya dan kamu tidak boleh takut melihat apa saja yang keluar dari dalam karung ini”. Pada suatu hari Siboru Deakparujar berjalan-jalan di atas sisi tanah sambil memandang di sekitarnya melihat keindahan segala sesuatu yang tumbuh. Kemudian terlihat bekas tapak kaki yang serupa dengan tapak kakinya. Lalu ia merenung dan berpikir dalam hatinya : “ siapa gerangan orang yang berlalu dari sini tanpa sepengetahuanku”. Tidak ada seorangpun tempat untuk bertanya kemudian dia hanya diam saja. Melihat bekas tapak kaki tersebut, Siboru Deakparujar berharap agar suatu saat dapat melihat orang yang meninggalkan bekas jejak tapak kaki tersebut. Namun tanpa disangka mereka bertemu, lalu Siraja Odapodap menyapa tunangannya tersebut : “ Rupanya engkau berada disini. Engkau telah lama ditakdirkan menjadi jodohku”. Siboru Deakparujar lalu menyahut :” tidak, jika ada yang cocok, bukan engkau orangnya ". " Tujuh tahun sebenarnya sudah cukup lama dan membosankan, lebih dari itu sepuluh tahun sudah aku nanti," ujar Siraja Odapodap. Siboru Deakparujar menjadi masgul, karena ia lebih cantik dari Siraja Odapodap, lalu ia bermohon kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon : “ Bawalah aku ke Benua Atas, karena aku telah rindu kepada ayahku Batara Guru”. Leangleangmandi Untung-untung Nabolon lalu menjawab : " aha... aku tidak boleh membawamu ke Benua Atas sebelum bertanya kepada Ompunta Mulajadi Nabolon". namun permohonan tersebut tetap disampaikan, Kemudian Ompunta Mulajadi Nabolon berseru kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon : " Selama Aku memanggilnya untuk kembali ke Benua Atas, hatinya tetap ingin tinggal di Benua Tengah, maka Biarlah dia tetap di Benua Tengah. Apabila engkau membawanya, engkau akan kena hukuman dariKu”. Leangleangmandi Untung-untung Nabolon menyampaikan pesan tersebut kepada Siboru Deakparujar, dia termenung sambil berpikir, rupanya hal ini sudah menjadi nasibku. Siraja Odapodap kemudian berkata : " jangan engkau bersedih bahwa apa yang telah di takdirkan saatnya pasti akan datang, karena apabila sudah jodoh tidak dapat dielakkan". Kemudian Siboru Deakparujar lalu menangis dan bermohon kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon supaya menyampaikan pesan kepada Ompunta Mulajadi Nabolon agar merestui perkawinannya dengan Siraja Odapodap, karena takdir tak dapat terelakkan. Konon Ompunta Mulajadi Nabolon bersabda : " Biarkanlah ia memberkati dirinya sendiri, bukan karena perintahku maka ia mau, tetapi karena tidak ada jalan lain lagi maka ia berkata demikian. Walaupun begitu bukan berarti bahwa mereka tidak berkembang dengan baik dan sejahtera, akan tetapi ia akan tetap kena hukuman akibat perbuatannya selama ini”. Siboru Deakparujar kemudian bermohon kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon : “Jika harus dihukum juga, aku tetap mengelak tidak mau kawin dengan Siraja Odapodap, akan tetapi apabila Ompunta Mulajadi Nabolon memberitahukan apa bentuk hukuman tersebut, maka aku akan mengambil sikap dan keputusan untuk mengiyakan". kemudian Leangleangmandi Untung-untung Nabolon menyampaikan permohonan tersebut kepada Ompunta Mulajadi Nabolon, maka Ompunta Mulajadi Nabolon berkata: " Engkau akan bersusah payah, dan engkau akan berkeringat untuk mencari makanmu ". Setelah mereka sudah menjadi suami istri di Benua Tengah dan tibalah saatnya Siboru Deakparujar pun hamil, lalu meminta tawar perselisihan dan berkat tuah yang agung serta tawar mulajadi . Leangleangmandi Untung-untung Nabolon kemudian memberikan kepada Siboru Deakparujar dan diselipkan pada kain dan sanggulnya. Kemudian Ompunta Mulajadi Nabolon berkata kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon : " Katakanlah kepada Siboru Deakparujar, apabila kandungannya sudah lahir itu akan menjadi sanggul-sanggul untuk tanah yang ditempanya ". Mengetahui hal tersebut Siboru Deakparujar berdiam diri karena malunya. Berselang beberapa hari, Siboru Deakparujar melahirkan kandungannya, namun bentuknya seperti bulatan, tidak berkaki, tidak bertangan dan tidak berkepala. Maka ia menjadi bingung karenanya. Pada suatu hari Siboru Deakparujar hamil kembali, kemudian lahirlah anak yang kembar satu laki-laki dan satu perempuan. Nama anak laki-laki Siraja Ihat Manisia atau tuan Mulana dan menjadi permulaan manusia laki-laki. Nama anak perempuan Siboru Ihat Manisia itulah asal-usul ibu manusia. Setelah anak yang dua itu besar, Siboru Deakparujar memesankan kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon, agar keluarganya dari Benua Atas datang untuk bergembira serta merestui anaknya yang dua itu. Kemudian datanglah Ompunta Mulajadi Nabolon, Debata Sori, Debata Asiasi, turun dari Benua Atas, langit dari parlangitan, melalui benang urutan Siboru Deakparujar. Mereka tiba di puncak Gunung Pusuk Buhit, dan dari sanalah tempat permulaan manusia yaitu Sianjurmulamula - Sianjurmulamulajadi - Sianjurmulamulatompa, membelakangi jauh dan berhadapan dengan Toba, berpancuran gelang, bertapian jabi-jabi untuk bercuci muka di pagi hari dan untuk bercuci diri di malam hari. Itulah yang dihimpit dua cabang lautan tempat berpijak Dolok Pusuk Buhit, yang menjadi tempat keramat Nalaga yang tidak boleh dilalui dan tidak boleh bercela. Setelah Ompunta Mulajadi Nabolon tiba di tempat Siboru Deakparujar lalu memberkati mereka. Maka sampailah ke dalam hati mereka apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. kemudian diberitahukan juga jalan atau cara apa yang dapat ditempuh oleh manusia untuk berhubungan dengan Ompunta Mulajadi Nabolon di Benua Atas yaitu berupa sajian (sesajen) dengan benda yang sangat berharga (homitan). Barang homitan yang paling berharga untuk berhubungan dengan Ompunta Mulajadi Nabolon adalah Kuda Sihapaspili. Dan sesajen kepada Mulajadi Nabolon, tepat dua takaran, daun kemangi dan sirih kembang. Kepada Debata Sori, jeruk purut dan tuak di dalam sawan beserta daun kemangi, kepala Balabulan dua lepat, bunga-bungaan mekar dan sirih kembang. Ompunta Mulajadi Nabolon bersabda : “Jika kamu sekalian penghuni Benua Tengah hendak berhubungan dan bersekutu dengan kami penghuni Benua Atas, maka segala jenis sesajen yang hendak kamu persembahkan harus disusun rapi dan bersih serta diiringi dengan rasa penyampaian yang tulus dan suci ". Maka itulah permulaan yang menjadi dasar hodadebata diurapi manusia. Setelah genap selesai seluruhnya diatur, Mulajadi Nabolon lalu naik ke Dolok Pusuk Buhit hendak kembali ke Benua Atas, Karena kaki Debata Asiasi timpang-timpang tinggallah ia dibelakang bersama Raja Inggotpaung. Siboru Deakparujar dengan Siraja Odapodap turut juga kembali ke Benua Atas. Setelah kedua anaknya Siraja Ihatmanisia dan Siboru Ihat Manisia dititipkan kepada Debata Asi-asi dan Raja Inggotpaung
Pada saat mereka hendak naik ke Benua Atas, kedua anaknya tersebut terus menatap ingin turut serta, namun tali telah putus hingga gagal. Tali yang putus tersebut beterbangan ke seluruh penjuru desa yang delapan. Sejak itu hanya Batunanggarjati jalan ke Benua Atas dan Debata Asiasi menjadi penghubung antara Benua Tengah dan Benua Atas berulang-ulang.

GORGA (UKIRAN) BATAK

Relief gorga yang terdapat pada ‘Ruma Batak’ mempunyai makna tersendiri sesuai dengan segala pengharapan yang punya rumah tersebut. Seorang ahli dalam budaya Batak, dengan melihat bentuk dan gorga ruma akan dapat diketahui apa maksud dan tujuan apa yang menjadi hasrat pendiri rumah tersebut.
Bagian depan ruma batak dihiasi dengan gorga, relief dan patung seperti :

1.Gorga Patung ulu ni horbo martanduk: menggambarkan pengharapan habaoaon yaitu harajaon dengan pengertian tanggung jawab

2.Gorga Susu (tarus wanita): menggambarkan pengharapan soripada hangoluon yaitu kehidupan yang bersumber dari ibu.

3.Gorga Boraspati (cicak): menggambarkan pengharapan hadumaon yaitu sejahtera seisi rumah, aman dan damai.

4.Gorga Ulupaung gambaran paneon: yaitu pelindung agar seisi rumah sehat sehat jasmani dan pengharapan penghambat aji-ajian (niat jahat orang lain).

5.Gorga Tompi: gambaran pengharapan manompi anak dohot boru yaitu agar anak-anak turunan penghuni rumah tidak sakit-sakitan dan jangan ada yang meninggal sampai saur matua.

6.Gorga Liat: gambaran pengharapan agar seisi rumah marsangap dohot martua yaitu mulia da beranak.

7.Gorga Ture-ture: gambaran pengaharapan pantun yaitu semua seisi rumah tekun penuh sopan santun.

8.Gorga Sitindangi: gambaran pengharapa n kejujuran yaitu berpengang pada adat dan hukum.

9.Gorga Pandingdingan: gambaran pengharapan sae soada mara yaitu tidak ada mara bahaya.

10.Gorga Jolo: gambaran hasadaon yaitu agar seisi rumah tetap bersatu, damai.

11.Gorga Ngingi: menggambarkan pengharapan mangalo na so hasea yaitu menentang segala yang tidak bermanfaat.

12.Gorga Siopat suhi: gambaran pengharapan adat suhi ni ampang na opat yaitu adat kekerabatan yaitu bahwa dengan suhi ni ampang na opat, dalam fungsi kekerabatan adalah tiang utama DNT(Dalihan Natolu).

13.Gorga Bintang: gambaran pengharapan sinta-sinta yaitu agar sejahtera anak dan boru.

14.Gorga Gaja dompak: menggambarkan pengharapan margogo mandopang musu yaitu kekuatan melawan segala bathil.

15.Gorga Silindu ni pahu: gambaran pengharapan hadumaon na so mansohot yaitu kesejahteraan terus menerus .

16.Gorga Manuk: gambaran pengharapan panungguli yaitu agar anak-anak dari kejauhan tetap ingat akan keluarga di bona pasogit.

17.Gorga Hujur: menggambarkan pengharapan hamonangan yaitu monang maralo musu, talu maralo dongan yang maksudnya agar semua penghuni menang terhadap segala kejaliman tetapi megalah untuk kebaikan.

Mungkin itulah mungkin alasan kenapa kalau pembangunan ‘Ruma Batak’ batak jaman dulu makan waktu yang lama sekali, disamping tidak pake paku juga dengan segala macam gorga. Warna gorga pada ruma batak toba hanya 3 jenis yaitu hitam, putih dan merah adalah merupakan pengharapan Batak Toba akan kebijakan, kesucian dan kekuatan.

dari Berbagai Sumber
TUKKOT TUNGGAL PANALUAN
Dahulu kala di tanah leluhur suku Batak berdiamlah seorang guru yang terbilang sakti bernama Guru Hatia Bulan dengan istri Nan Sindak Panaluan. Anak sulung Guru Hatia Bulan ini lahir kembar tetapi berlainan jenis yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan. Begitu lahir menurut orang sekampung mereka itu harusnya segera dipisah. Salah seorang mestinya dititipkan kepada saudara atau familinya supaya barjauhan. Akan tetapi entah karena apa, tidak sempat atau kurang diperhatikan begitulah menjelang hampir dewasa mereka yang bersaudara kembar itu sangat akrab. Dan bahkan menurut penuturan orang sekampung malah mereka sudah seperti orang berpacaran dan di anggap tercela dan mencemarkan nama kampung.
Pada suatu ketika terjadilah bencana kering dikampung itu. Hampir 3 bulan lamanya hujan tidak pernah turun. Tanah sudah mengering, bahkan sawahpun sudah terbelah tanahnya semua tanaman muda menguning hingga layu. Para Pimpinan desa segera berunding dan dipanggillah orang pintar namanya “Datu” dari kalangan datu itu di peroleh keterangan bahwa penyebab musim kemarau panjang itu adalah adanya perbuatan tidak senonoh dari orang bersaudaradi kampong itu. Segera tertujulah tuduhan seperti itu kepada anak Guru Hatia Bulan yang bernama Aji Donda Hatahutan dan adiknya perempuan bernama Tapi Omas Nauasan. Pimpingan Desa dan Datu segera menjumpai Guru Hatia Bulan. Kepada mereka di jelaskan bahwa penyebab bencana di desa itu adalah anak kembar mereka. Kedua anak kembarnya yaitu Aji Donda Hatahutan dan adik perempuannya bernama Tapi Omas Nauasan itu dipanggil.
Mereka di tanyai macam-macam pertanyaan, dibentak, digertak dengan suara keras dan lantang serta mata yang melotot. Mereka hanya ketakutan dan diam seribu bahasa. Akhirnya Guru Hatia Bulan dengan terpaksa menyerahkan tak bisa berbuat apa-apa. Ibu su Aji Donda Hatahutan dan si Tapi Omas Nauasan juga bertanya tetapi kedua anaknya tetap merasa katakutan dan membisu seribu bahasa. Aji Donda Hatahutan ini agak penakut dan kurang berani apa lagi karena kelahirannya ditolong Sibaso dukun beranak kampung maka dia menderita cacat tubuh, dan sangat takut mendengar suara keras. Lain halnya dengan adik kembarnya yang perempuan si Tapi Omas Nauasan, anaknya cantik, matanya bening dan rakus, selalu mau minum dan makan buah-buahan. Karena selalu diejek orang sekampung dan adanya tuduhan dari orang-orang kampong, maka Guru Hatia Bulan membangun sebuah rumah kecil dinamakan “Sopo” untuk mereka di kaki bukit dekat hutan. Kesanalah mereka diungsikan dan sekali seminggu ayah dan ibu mereka datang membawa bekal makanan untuk mereka agar jangan mati di pengasingan itu. Sungguh sedih dan malang nasib mereka. Mereka tidak minta dilahirkan seperti itu. Mereka harus menanggung beban dosa dan dihukum dengan penderitaan yang sangat berat. Kalau malam tiba sering kedua adik beradik itu menangis pilu, menjerit ketakutan mendengar suara binatang buas, menahan kedinginan dan menahan lapar karena makanan mereka hanya dikirim sekali seminggu. Dan memang anehnya seperti benar apa kata orang banyak di desa itu. Sejak mereka diungsikan dipindahkan dan diasingkan itu, hujanpun kebetulan turun sehingga orang berpendapat benarlah karena ulah merekalah bencana terjadi dikampung itu. Hanya merekalah yang tau itu dan sang Khalik Pencipta, sebab tidak seorangpun saksi orang kampung mempergoki mereka berbuat yang tidak baik sesamanya. Sebab kalau ada tentunya sudah langsung dihukum pada ketika itu. Tapi datangnya hujan itu sepertinya telah membanarkan pendapat sang Dukun dan didukung oleh pendapat orang-orang kampong.
Tidak berapa jauh dari “Sopo” Rumah Batak kecil dipengucilan dan pengasingan mereka itu tumbuh sebuah pohon yang bagus. Batangnya lurus, kayunya keras dan berbuah kecil-kecil dan manis kalau sudah masak. Nama kayu itu adalah PIUPIU Tanggule sejenis pohon Tada tada. Pohon yang berbuah itu bukan pohon sembarangan Tada tada biasa saja, tetapi rupanya pohon milik Dewata yang berpenghuni roh. Kalau sore hari anjing yang dibawah kolong Sopo yang ikut disertakan waktu mengasingkan mereka itu melihat sesuatu di pohon itu dan sering melolong membuat bulu roma yang mendengarnya berdiri. Apalagi kalau sedang terang bulan purnama lama sekali anjing itu menatap kayu itu dan mengaung dengan suara melengking lama seperti merintih menangis. Begitulah kejadiannya saat kebetulan pohon PIUPIU Tanggule itu berbuah banyak.
Keesokan harinya si Tapi Omas Nauasan melihat banyak buah-buah yang sudah masak. Dan dimintanyalah abangnya si Aji Donda Hatautan untuk mengambil buah itu untuk mereka makan. Semula agak berat hati si Aji Donda Hatautan adanya rasa takutnya untuk memanjat pohon itu. Tetapi si Tapi Omas Nauasan mengatakan akan membuka tali anjingnya agar kalau ada apa-apa bisa membantunya maka timbullah keberaniannya. Pergilah si Aji Donda Hatahutan mendekati pohon PIUPIU Tanggule itu. Diapun memanjatnya ke atas dan saat dia memetiknya dan memakannya ternyata enak. Tetapi begitulah nasibnya setelah buah itu ia makan maka iapun di telan batang pohon PIUPIU Tanggule itu hanya kepalanyalah yang menonjol tersembul di pohon kayu itu. Tapi Omas Nauasan menunggu lama sekali abangnya tak turun-turun juga dari sana dan membawa buah yang dimintanya apalagi di dengarnya anjingnya terus rebut menggongong iapun melihatnya. Karena dilihatnya hanya kepalanya maka iapun tak sabar lagi lalu memanjat pohon itu. Tapi Omas Nauasan juga memanjat tetapi begitu mendekat iapun seperti dimakan kayu itu. Dia tak sempat mengetahui apakah ada ular seperti kadal raksasa yang tinggal yang mendiami pohon itu yang menelannya dan iapun lengket dipohon itu hanya kepala dan bagian dadanyalah yang tidak ikut ditelan batang pohon itu di jumpai oleh Guru Hatia Bulann yang dating keesokan harinya mengantarkan makanan. Sungguh sedih hati Guru Hatia Bulan menyaksikan kejadian itu dan ia segera bergegas pulang kerumahnya menceritakan malapetaka itu kepada istrinya. Secara diam-diam mereka segera memanggil orang pintar seorang Dukun, bernama Datu Parmanuk Holing. Dengan mudah Datuk Parmanuk Holing yang terkenal sakti bergegas pergi. “Ah… gampang biar mereka kucabut berdua”. Kata Datu Parmanuk Holing itu langsung naik ke atas dan memanjatnya tetapi ternyata diapun ikut lengket di kayu itu hanya kepalanya yang tersembul dan badannya hilang ditelan pohon itu. Dengan rasa takut secara diam-diam Guru Hatia Bulan mendengar ada lagi seorang yang sakti bernama Datu Mallatang Malliting. Datu ini dikenal kebal dan mempunyai kekuatan gaib yang luar biasa. Setelah mendatangi Datu itu, Datu itu berjanji segera melepaskan dan membebaskan mereka karena dia mengaku sakti dan memanjat pohon itu. Tetapi sayang seribu sayang sang Datu Mallatang Malliting itupun ikut pula ditelan pohon Piupiu Tanggule itu. Dengan hati yang berduka Guru Hatia Bulan belum putus harapan untuk menyelamatkan anaknya dan semua. Dicarinya Datu orang pintar dan sakti lainnya seorang perempuan yang paling sakti di negeri itu bernama Datu Boru Sibaso Bolon. Iapun segera mendatangi pohon itu membaca mantra (Tabas tabas) dan memanjat pohon itu tetapi apa dikata iapun mengalami nasib serupa. Kabar itu segera tersiar keberbagai penjuru dan orang-orang sakti pada berkumpul. Seorang Datu sakti bernama Datu Horbo Marpaung mencoba dan juga mengalami nasib yang sama. Tetapi keberanian Datu-datu orang Batak tidak pernah surut seorang lagi Datu bernamaa Datu Jolma So Begu yang angker dan terkenal hebat mencoba masih mengalami hal yang serupa.
Akhirnya datanglah seorang Datu bernama Datu Parpansa Ginjang. Dia meminta agar diadakan upacara terlebih dahulu, diadakan pesta memuja dan menyembah Tuhan serta meminta pengampunan dosa, dan setelah itu ia akan menebang pohon itu. Sepakatlah orang kampung mengadakan pesta adat memotong kerbau dan membuat sesajen menari, kemudian Datu meminta apabila pohon itu telah ditebangnya agar dibuatkan sebuah tongkat dari kayu itu dan diukir kepala-kepala manusia yang ditelan itu dengan gambar manusia menggigit ekor kadal dibagian belakang serta gambar seekor kadal dibagian belakang serta gambar seekor ular menggigit cicak. Setelah disepakati dan ditemukan ahli ukir dilakukanlah penebangan pohon. Pohon itupun tumbang.
Kalau pohon itu tidak ditumbangkan, menurut Datu Papansa Ginjang, akan terus menelan apa saja yang mendekati kayu di hutan itu. Benarlah kayu itu ditebang dalam sekali tebas oleh Datu Papansa Ginjang yang sakti itu dan dibuatlah sebuah tongkat penggantinya dinamai TUNGGAL PANALUAN. Sebagai tongkat Tunggal Panaluan itu selalu dipakai menjalani perbukitan yang licin mencari tanah pemukiman baru untuk penduduk, dipakai Datu pada acara kebesaran resmi Monortor (menari). Tongkat Tunggal Panaluan yang asli itu menurut Prof. Dr. Philip Lumbantobing dan juga Dr. H.N. Van der Tuuk panjangnya kira-kira 1,70 cm garis tengah tebalnya 6 cm meruncing dari atas kebawah.
Sebagai pengganti rambut su Aji Donda Hatahutan dibuatkan benang 3 warna yaitu putih, hitam dan merah yang dinamakan Bonang Manalu. Ukiran ke 7 orang diukir kepalanya akan tetapi mulai Datu Parpansa Ginjang tongkat tebalnya polos 10cm. Dibagian belakang tongkat di ukir seekor kadal menyuruk ke bagian belakang (pantat) Aji Donda Hatautan, kadal lain menggigit kadal yang lainnya dan seekor ular menggigit ekor kadal kedua. Dahulu kala hanya ada satu tongkat dari Datu terbesar yang dimiliki Datu Papansa Ginjang dan dipakai untuk upacara kebesaran Kerajaan Batak. Tetapi setelah penjajahan orang asing memusnahkan Kerajaan Batak entah siapa mengambil tongkat itu, dan entah dimana sudah sulit untuk dilacak. Pernah Doktor Sudung Parlindungan dengan Lumbantobing ketika di Heidelberg Negara bagian Wuttenberg dilembah Sungai Neckar Jerman Barat melihat adanya terdapat sebuah tongkat Tunggal Panaluan. Apakah itu tongkat asli atau tidak hingga sekarang masih teka-teki ataukah diambil oleh kompeni Belanda tidak atau belum ada lagi orang Batak yang mencarinya. Akan tetapi sampai sekarang banyak orang membuat tongkat Tunggal Panaluan terutama dikota Touris Parapat yang dibuat oleh pengrajin dari Samosir sebagai duplikat dan kenang-kenangan.

Rabu, 09 Juli 2008

Buku Pengobatan


Kitab ini menerangkan tentang bagaimana manusia agar selalu sehat, bagi orang sakit menjadi sembuh, bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat. Dalam kehidupan orang batak segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan selalu seiring dengan budaya ritual dan barang pusaka peninggalan leluhur jaman dahulu untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya. Mari kita buka kitab pengobatan ini :
Mulajadi Nabolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda :
“Segala sesuatunya yang tumbuh diatas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing-masing di dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapat menyatukan darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu”. Apabila kita membaca ayat ini, maka jelaslah bahwa segala yang tumbuh di bumi dan di dalam air mempunyai kegunaan masing-masing di dalam kehidupan kita sehari-hari seperti : Lauk Pauk, empat sehat lima sempurna.
Itu sudah jelas dalam kehidupan kita sehari-hari, namun dalam buku ini kita akan menekuni tumbuhan yang lain dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang menderita penyakit.
Di dalam kehidupan Siraja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak dari dalam kandungan sampai melahirkan.

1. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
a. Perawatan dalam kandungan
b. Perawatan setelah melahirkan
c. Perawatan bayi
d. Perawatan Dugu-dugu

a. Perawatan dalam kandungan
Siraja Batak berpesan :
Jika hendak hubungan suami istri jangan dilakukan pada saat hujan turun agar kelak anak yang lahir tidak berpenyakit batuk-batuk, embun-embun, dan cawan.
Jika si Ibu sudah mengandung tiga bulan segala yang diinginkan sebaiknya harus diberikan sebab jika tidak diberikan, kelak si anak yang akan lahir dikemudian hari akan terkendala dalam mencari hidup.
Sebelum si Ibu melahirkan, orangtua dari si Ibu sebaiknya memberikan makanan adat batak berupa ikan batak beserta perangkatnya dengan tujuan agar si Ibu sehat-sehat pada waktu melahirkan dan anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa serta pada sanak saudara.
Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba sanak saudara memanggil “Sibaso” (dukun beranak). Dukun beranak akan memberikan obat agar si Ibu tidak susah untuk melahirkan yang disebut SALUSU”.
SALUSU adalah:
Satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu didoakan,selesai didoakan dihembus, kemudian dipecah lalu diberikan kepada si ibu untuk ditelan. Daun ubi rambat dan daun bunga raya direbus beserta air dari pancuran disaring lalu di minumkan kepada si Ibu mengarah ke bawah.



b. Perawatan setelah melahirkan dan anak yang baru lahir
Setelah si Ibu melahirkan, dukun beranak mengambil buah ubi rambat dan sisik bambu, lalu dukun beranak mematok tali pusat bayi dengan sisik bambu yang tajam dengan beralaskan buah ubi rambat dengan ukuran 3 jari dari bayi. Kemudian penanaman ari-ari bayi menurut orang batak biasa ditanam di tanah yang becek (sawah). Ari-ari dimasukkan dalam tandok kecil yang di anyam dari pandan bersama dengan 1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut dan 7 lembar daun sirih. Setelah bayi lahir si dukun memecahkan kemiri dan mengunyahnya kemudian memberikannya kepada bayi dengan tujuan untuk membersihkan kotoran yang di bawa bayi dari kandungan sekaligus membersihkan dalam perjalanan pencernaan makanan yang pertama yang disebut TILAN (kotoran pertama) , Si dukun memberikan kalung yang berwarna merah, putih, hitam bersama Soit dan hurungan tondi.

SOIT : Sebuah anyaman kalung yang terdapat dari buah sebuah kayu.
HURUNGAN TONDI : Buah kayu yang bernama Kayu Hurungan Tondi, buah kayu yang bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan agar jauh dari seluruh mara bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Apabila bayi tersebut terus menerus menangis, maka dia dimandikan dengan bahan yang memotong pusar tadi, yaitu Kulit bambu, jeruk purut dan ubi rambat.

Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir :
- Bayi tersebut dibawa ke Pancur dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang disebut dengan PESTA MARTUTU AEK yang dipimpin oleh Pimpinan Agama yaitu : ULU PUNGUAN.

c. Perawatan Bayi
Setelah bayi dimandikan biasanya DIPUPUS
PUPUS adalah mengunyah : - 1 lembar daun sirih
- 1 buah kemiri
- 1 biji ladak putih
- 1 iris jarango

Selesai dikunyah di tempelkan ke ubun-ubun bayi dan sebahagian diolesi keseluruh tubuh bayi dengan tujuan :
Untuk memelihara tubuh bayi agar kuat dan tetap sehat Untuk menjauhkan bayi dari penyakit-penyakit demam, angin-angin dan sekaligus mengobatinya.
Untuk menjaga agar kelak dia besar tidak menderita penyakit sawan.

d. DUGU-DUGU
Dugu-dugu adalah : sebuah makanan ciri khas batak pada saat melahirkan, yang di resep dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.
Dugu-dugu bertujuan untuk :
Mengembalikan peredaran urat bagi si Ibu yang baru melahirkan
Membersihkan darah kotor bagi Ibu yang melahirkan
Menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus memberikan kekuatan melalui asi kepada anaknya.

2. DAPPOL SIBURUK (obat urut dan tulang)
Dalam Bab sebelumnya diterangkan bahwa asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam atau burung. Obat Dappol Siburuk ini dulunya berasal dari Burung Siburuk yang mana langsung dipraktekkan dengan penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.
Dappol artinya : Urut / Kusuk
Siburuk artinya : Seekor Burung

Legenda Dappol Siburuk :
Pada zaman dahulu kala hiduplah sebuah keluarga mempunyai anak satu-satunya. Suatu hari si anak tersebut jatuh dari atas kelapa dan terbentur ke batu, si ayah pun susah dan sedih sebab tulang anaknya sudah remuk dan patah, demikian juga uratnya, padahal dia adalah anak satu-satunya.
Dalam suatu malam si ayah tersebutpun menyediakan sesajen dan berdoa menyatukan darah putih Tuhan dengan darahnya sambil memanggil roh-roh Tuhan yang ada pada badannya (seperti yang tertulis sebelumnya) Setelah itu pada malamnya dia bermimpi :
Seorang orangtua menghampirinya dan berkata dalam mimpi :
" Dibelakang rumahmu ada sarang burung siburuk yang baru menetas, ikatlah anaknya dengan benang tiga warna. Warna merah, putih, hitam. Setelah kamu ikat patahkanlah kakinya, tangannya, lehernya dan semua badannya kau remukkan, tetapi jangan mati. Setelah itu tunggulah selama sembilan hari dan kau lihatlah kembali anak burung tersebut akan sembuh. Setelah itu ambillah anaknya beserta sarangnya, masaklah dengan minyak kelapa dan gunakanlah itu untuk mengobati anakmu, maka diapun akan sembuh".

3. Siraja Batak berpesan kepada keturunannya :
Supaya manusia dapat hidup sehat, maka makanlah atau minumlah :
Apapaga.
Ariman.
Anggir.
Addorabi.
Alinggo.
Abajora.
Ambaluang.
Assising.
Arip-arip



4. Mata
Mata adalah salah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan manusia menurut orang batak. Menurut legenda batak pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin di dalamnya. Apabila mata kabur atau berlapis penyakit, maka cara penyembuhannya di lakukan cara seperti pesan Siraja Batak berikut ini :

" Untuk mengeluarkan penyakit dari dalam mata, masukkanlah biji SIRINTAK kedalam mata yang sakit, setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat, karena biji SIRINTAK akan menarik seluruh penyakit yang ada dari dalam mata. Gunakanlah 1 x 19 hari, supaya mata tetap sehat " .

SIRINTAK adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti mencabut(mengeluarkan), nama ramuannya sama dengan nama tujuannya.
Mengapa harus 19 hari ? Karena induk aksara batak ada 19 dan semuanya dikerjakan oleh mata.

Kharisma, wibawa, kesehatan dll :
Dalam kehidupan orang batak dahulu supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya di wajibkan membuat sesajen berupa :
Ayam Merah.
Ayam Putih.
Ayam Hitam.
Ketam Beras (Nitak)Jeruk Purut.
Sirih beserta perlengkapannya.



6. Tawar Mula Jadi
Di dalam kehidupan orang batak terdahulu banyak dari mereka yang menderita penyakit kulit bahkan sampai membusuk. Melihat kejadian tersebut Siraja Batak berpesan bahwa untuk mengobati setiap orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan :
Tawar Mulajadi
Tawar Mulajadi adalah sesuatu yang berasal dari asap dapur. Orang batak pada jaman dahulu biasanya menggunakan kayu di dapur untuk memasak, maka diatas dapur tersebut ada serpikan hitam bergantungan dan itu terjadi dari asap pada saat memasak setiap waktu. Menurut orang batak itulah Tawar Mulajadi atau Tappar Api.
Rumpak 7 macam kemudian diseduh dengan air hangat.

7. Penggunaan Lain
Dalam kitab semula sudah dikatakan bahwa segala yang hidup diatas tanah dan di dalam air sudah ada kegunaanya. Memang dalam kehidupan orang batak segala sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan manusia telah ada petunjuknya dari leluhur tergantung kebutuhan apa dan penyakit apa yang diderita, segala sesuatu Tuhan telah menciptakan tujuannya masing-masing hanya mungkin berapa orang yang tahu menggunakannya. Dalam buku ini tidak saya utarakan sebab sangat luas maknanya dan permintaan manusia berbeda-beda.

Melihat Hari



Kitab Pane Nabolon Kitab Pane Nabolon Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya. Parhalaan Batak adalah cerminan pane nabolon hukum alam terhadap setiap manusia.Apa yang akan terjadi besok, kelak menjadi apa anak yang baru lahirkan , bagaimana nasib seseorang, barang hilang serta langkah yang baik bagi orang Batak sudah merupakan kebiasaan pada zaman dahulu kala demikian halnya dalam mengadakan pesta ritual segalanya lebih dahulu membuka buku parhalaan (Buku Perbintangan).Kembali kepada Mithologi Siboru Deakparujar bahwa saudara kembar dari debata Sorisohaliapan adalah Tuan Dihurmijati yang disebut juga Panenabolon. Panenabolon dalam buku ini disebut Hukum Alam, dengan tanda yaitu cahaya ufuk yang mulai nampak pada hari senja dan malam hari. Panenabolon menurut mithologi berdiam diri tiga-tiga bulan pada satu desa, setelah itu berpindah ke desa yang lain. Menurut pengetahuan modern, bahwa perpindahan itu adalah gambaran peredaran matahari, tiga bulan dari khatulistiwa ke utara, kemudian tiga bulan dari Utara ke khatulistiwa dan kemudian dari khatulistiwa tiga bulan ke selatan dan seterusnya tiga bulan juga kembali ke khatulistiwa.



Parhalaan Demikian seterusnya Panenabolon berjalan dan di dalam buku, disebut peredaran alam raya. Jalan pikiran yang terdapat pada mithologi Siboru Deakparujar tersebut adalah pengetahuan waktu tentang peredaran alam raya. Perjalanan Panenabolon menjadi sumber pengetahuan Batak Toba mengenai waktu, baru diperkaya kemudian dengan memperhatikan perbintangan dan bulan serta arah mata angin.Memperlihatkan Panenabolon yang menjadi sumber peredaran matahari, peredaran bintang, peredaran bulan dan arah angin, maka tumbuh ilmu pengetahuan alam tentang waktu yang disebut : Parhalaan, baik mengenai tahun, bulan, dan hari, maupun mengenai pembagian waktu satu hari satu malam dan istilah-istilah untuk itu. hubungan pembagian waktu ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia yang bersifat ritual. Ilmu Nujum inilah yang menjadi Pola Umum berpikir Batak Toba saat itu. Yang membuat terbenamnya pola Umum berpikir itu sehingga pandangan Batak Toba mengenai waktu bergeser dari nilai yang semula bernilai positif, berobah menjadi ilmu meramal nasib manusia.Sejak mithologi Siboru Deakparujar suku batak pada umumnya sangat gemar memperhatikan Panenabolon-cahaya ufuk yang nampak sejak senja sampai malam hari. Mengamati perjalanan Panenabolon membandingkan dengan tempat bintang-bintang di malam hari serta membandingkan pula dengan peredaran bulan dan matahari dan keadaan angin pada satu-satu waktu maka orang Batak membagi waktu.Dari hasil pengamatan dan pengalaman itu, dapat diketahui bahwa peredaran alam raya ada kaitannya dengan kehidupan, baik mengenai kehidupan manusia maupun kehidupan alami. Artinya bahwa hukum alam ada kaitannya dengan alam ini. Baik mengenai kehidupan manusia maupun kehidupan alami. Artinya bahwa hukum alam ada kaitannya dengan alam ini, baik terhadap alam manusia dan hewani maupun terhadap alam tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu Panenabolon dan perbintangan serta peredaran bulan dan matahari itu menentukan arah mata angin sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, maka pengamatan untuk semua itu adalah paling utama pada kegiatan sehari-hari.Agar mereka dapat mengetahui kegiatan apa yang hendak dilakukan setiap hari pada waktu yang tepat. Maka para cerdik pandai batak itu membagi waktu pada keadaan yang tepat. Jika orang barat dalam hal ini yunani terutama Romawi mentransfer peredaran alam raya itu dengan teknik pengetahuan alam sebagai titik tolak pembuatan jam, maka orang batak masih terbenam pada pola umum, belum mampu mentransfer peredaran itu dengan teknik ilmu alam. Artinya, bahwa pembagian waktu itu masih tetap berdasarkan penglihatan atau pengamatan mata. Dari hasil pikiran dan pengamatan mereka dapat diketahui tentang pembagian waktu yang ditulis pada Bulu Parhalaan, Holi Parhalaan dan Pustaha Parhalaan seperti berikut ini. a. Partaonan Partaonan adalah pengetahuan akan tahun. Tahun Batak tidak diketahui berapa jumlahnya. Mungkin tidak ada satu peristiwa yang besar yang dialami suku batak yang menjadi titik tolak permulaan tahun. Atau jumlah tahun tidak perlu ada akibat dari pandangan tentang akhir zaman. Berdasarkan budaya spritual suku batak bahwa belum diketahui atau belum dijumpai tentang adanya akhir zaman. Yang ada adalah banua atas tempat orang-orang yang baik apabila sudah meninggal, Banua Tonga tempat atau dihuni seperti kehidupan sekarang ini dan Banua Toru adalah tempat atau dihuni orang-orang yang meninggal yang perbuatannya tidak baik.Belum diketahui atau belum dijumpai pada budaya batak tentang akhir dari alam raya. akibat dari pandangan itu, mungkin pemikiran orang batak pembentuk gagasan itu, tidak perlu diadakan penarikan tahun batak. Yang paling utama pada mereka adalah masa depan yang lebih baik bagi generasi mereka. Maka perlu perbaikan berkelanjutan tentang pengamatan waktu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.Dan inilah yang masih dihayati suku batak bahwa anaknya adalah harta yang paling berharga baginya. Pertarikhan tahun batak belum diketahui, tetapi jumlah hari dan bulan pada setiap tahun ada pertambahan. Misalnya pada setiap enam tahun peredaran, ada bulan ketigabelas untuk menyesuaikan kepada tempat semula bintang-bintang di langit dimana bintang-bintang itu kembali ke tempat semula.Sada taon artinya setahun, Tahun Batak terdiri dari duabelas bulan yang disebut sipaha maka nama-nama bulan batak itu dalam hal ini Batak Toba adalah :
1. Sipaha sada adalah bulan pertama
2. Sipaha dua adalah bulan kedua
3. Sipaha tolu adalah bulan ketiga
4. Sipaha opat adalah bulan keempat
5. Sipaha lima adalah bulan kelima
6. Sipaha onom adalah bulan keenam
7. Sipaha pitu adalah bulan ketujuh
8. Sipaha ualu adalah bulan kedelapan
9. Sipaha sia adalah bulan kesembilan
10. Sipaha sampulu adalah bulan kesepuluh
11. Li adalah bulan kesebelas
12. Hurung adalah bulan keduabelas
Permulaan tahun disebut sada kira-kira antara bulan maret dan april, bulan masehi dan akhir tahun disebut hurung kira-kira bulan antara februari dan maret bulan masehi.Setiap bulan atau Sipaha terdiri antara 28 hari dan 30 hari dan nama-namanya seperti barikut ini :
1. Artia
2. Suma
3. Anggara
4. Muda
5. Boraspati
6. Singkora
7. Samisara
8. Antian ni aek
9. Sumani mangadap
10. Anggara sampulu
11. Muda ni mangadap
12. Boraspati ni tangkok
13. Singkora purnama
14. Samisara purnama
15. Tula
16. Suma ni holom
17. Anggara ni holom
18. Muda ni holom
19. Boraspati ni holom
20. Singkora mora turun
21. Samisara Mora turun
22. Antian ni anggara
23. Suma ni mate
24. Anggara ni begu
25. Muda ni mate
26. Boraspati na gok
27. Singkora duduk
28. Samisara bulan mate
29. Hurung
30. Ringkar
Hari pertama disebut artia hari terakhir dinamai ringkar. Jika diperhatikan nama-nama hari diatas, bahwa setiap tujuh hari ada perulangan nama artia. Hari pertama antiani aek hari kedelapan, tula hari kelimabelas dan antian ni anggara hari kedua puluh dua. Demikian pula samisara hari ketujuh, samisara purnama, hari keempat belas, samisara mora turun, hari kedua puluh satu, samisara bulan mate hari keduapuluh delapan, maka dapat diketahui bahwa setiap tujuh hari bulan, ada perobahan pada peredarannya. Sebagaimana diketahui bahwa nama-nama hari Batak adalah berdasarkan peredaran bulan. Untuk menyesuaikan nama bulan dan tempat semula perbintangan maka ada hari tambahan yaitu hari hurung hari kedua puluh sembilan dan ringkar hari ketiga puluh Batak Toba untuk mengetahui pandangannya tentang waktu.



Dari pengamatan peredaran matahari Batak Toba mengetahui apa arti sada ari sada borngin antara terbit dan terbenam disebut arian atau siang. Demikian pula halnya antara matahari terbenam dan kemudian terbit disebut borngin. Jadi pengertian arian-borngin adalah sada ari-sada borngin dan terbagi lima waktu yaitu :



1. Sogot = antara jam 05.00 Wib dan 07.00 Wib
2. Pangului atau Pangulihi = antara jam 07.00 Wib dan jam 1.00 Wib
3. Hos = antara jam 11.00 Wib dan jam 13.00 Wib
4. Guling = antara jam 13.00 Wib dan jam 17.00 Wib
5. Bot = antara jam 17.00 Wib dan jam 18.00 Wib
Pembagian waktu siang dan malam adalah sama seperti yang disebutkan sebelumnya. Pembagian atas lima waktu masih dibagi atas penglihatan terhadap keadaan matahari dan kedalam alam pada malam hari sebelum matahari berikutnya terbit.
1. Binsar mata ni ari : sekitar jam 6 pagi
2. Pangului : sekitar jam 7 pagi
3. Turba : sekitar jam 8 pagi
4. Pangguit raja : sekitar jam 9 pagi
5. Sagang ari : sekitar jam 10 siang
6. Huma na hos : sekitar jam 11 siang
7. Hos atau tonga ari : sekitar jam 12 siang
8. Guling : sekitar jam 13 siang
9. Guling dao : sekitar jam 14 sore
10. Tolu gala : sekitar jam 15 sore
11. Dua sagala : sekitar jam 16 sore
12. Sagala : sekitar jam 17 sore
13. Sundut atau mate mataniari : sekitar jam 18 sore
14. Samon : sekitar jam 19 malam
15. Hatiha mangan : sekitar jam 20 malam
16. Tungkap hudon : sekitar jam 21 malam
17. Sampe modom : sekitar jam 22 malam
18. Sampe modom na bagas : sekitar jam 23 malam
19. Tonga borngin : sekitar jam 24 malam
20. Haroro ni panangko : sekitar jam 1 malam
21. Tahuak manuk sahali : sekitar jam 2 malam
22. Tahuak manuk dua hali : sekitar jam 3 malam
23. Buhabuha ijuk : sekitar jam 4pagi
24. Andos torang atau torang ari : sekitar jam 5 pagi

Pengamatan terbit dan terbenam matahari dan memperhatikan letak bintang-bintang di langit serta mengemati cahaya ufuk Panenabolon dan membandingkannya dengan keadaan angin dan cuaca orang Batak membagi arah mata angin yang disebut Desa na ualu.



b. Desa na ualu :
Desa Na Ualu adalah delapan arah mata angin yaitu :

1. Purba sama dengan timur
2. Anggoni sama dengan tenggara
3. Dangsina sama dengan selatan
4. Nariti sama dengan barat daya
5. Pastima sama dengan barat
6. Manabia sama dengan barat laut
7. Utara sama dengan utara
8. Irisanna sama dengan timur laut